PR BEKASI - Hampir setahun pandemi virus Covid-19 sejak pertama kali ditemukan di Indonesia pada bulan Maret 2020 lalu. Sejak saat itu hingga sekarang, angka penularan masih terus meningkat dan belum juga membaik.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menurunkan angka penyebaran virus, selain mengedukasi masyarakat tentang langkah-langkah pencegahan penularan virus Covid -19.
Yang perlu dilakukan masyarakat, salah satunya adalah mencuci tangan dengan sabun yang benar selama 20 detik karena terbukti efektif membunuh virus Covid-19 yang ada di tangan sebelum dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya. Oleh karena itu, ketersediaan air bersih menjadi semakin penting di masa pandemi.
Namun masih terdapat banyak daerah di Indonesia yang tidak memiliki akses air bersih. Salah satunya adalah wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) seperti di Timor Tengah Selatan, Belu, dan Manggarai, yang mengalami krisis air bersih akibat kemarau berkepanjangan yang telah berlangsung sejak Maret 2020 lalu.
Baca Juga: Kepada Teten Masduki, Shopee Sampaikan Dominasi Pedagang Lokal dan UMKM di Platform adalah 97 Persen
Baca Juga: Palestina Alami Krisis Air Bersih, Indonesia Salurkan 1 Juta Liter Air Bersih ke Gaza
Padahal menurut WHO, mencuci tangan adalah langkah penting untuk melindungi diri dari paparan virus Covid-19, selain penerapan physical distancing dan penggunaan masker saat bepergian keluar rumah.
Di NTT, dampak krisis air bersih ini tidak hanya mempengaruhi kegiatan mata pencaharian penduduk, namun juga tingkat kelangsungan hidup khususnya di tengah pandemi.