Baca Juga: Desak Jokowi Pecat Novel Baswedan, Dewi Tanjung: Selama Masih Ada Novel, KPK Tidak Akan Profesional
"Namun, Ahok terjungkal karena penistaan agama yang mengada-ngada. Ahok tumbang karena politisasi ayat dan mayat yang masif digabungkan di medsos, WAG, masjid, majelis pengajian, dan terutama demo 212," kata Gus Sahal.
Menurutnya, politisasi ayat yang membuat Anies Baswedan terpilih sebagai gubernur, saat ini telah terbukti merugikan warga Jakarta.
"Politisasi ayat di Jakarta ini terbukti merugikan Jakarta itu sendiri. Kenapa? Jakarta kan kota metropolitan dengan segepok persoalan yang kompleks. Ini butuh pemimpin yang bersih, tegas, berani galak untuk kebaikan warga, dan mengerti detail persoalan," ujar Gus Sahal.
Gus Sahal juga mengatakan, dengan adanya politisasi ayat, kepemimpinan Jakarta yang harusnya urusan dunia tiba-tiba dibelokkan menjadi soal akhirat.
"Warga muslim ditakut-takuti bahwa kalau memilih pemimpin kafir berarti melanggar Al-Maidah 51. Banyak warga Jakarta yan sebenarnya mengakui kinerja Ahok tapi akhirnya takut memilih kembali karena termakan oleh gencarnya stigmasisasi terhadap Ahok sebagai penista agama," tutur Gus Sahal.
Gus Sahal pun menjelaskan bahwa memilih pemimpin itu tidak harus berdasarkan iman atau agama yang dianutnya, tapi berdasarkan kompetensinya sebagai pemimpin.
"Kepemimpinan menurut Islam adalah seberapa jauh sang pemimpin tersebut kompeten. Seberapa jauh dia becus dalam menegakkan kemaslahatan, bukan soal imannya. Karena iman pemimpin hanya berdampak pada dirinya sendiri, itu urusan dia dengan Allah di akhirat nanti," kata Gus Sahal.