"Mungkin Megawati WA Jokowi pakai bahasa jawa, ini gimana sih kamu nih, kira-kira begitu, lalu terjadi proses politik, lalu kita lihat kenapa Moeldoko mengunjungi bu Mega segala macam," ucapnya.
"Tanda tanya itu yang menjelaskan bahwa ada ketegangan internal Istana dan lebih khusus lagi internal di antara dua aktor utama politik Indonesia yaitu Jokowi dan Megawati," sambungnya.
Maka dari itu, Rocky Gerung berkesimpulan bahwa saat ini terdapat dua faksi, pertama adalah faksi orang-orang di sekitar Jokowi yang non PDIP dan mendorong-dorong presiden untuk tiga periode.
Faksi kedua adalah orang-orang PDIP yang melihat wacana tersebut berbahaya bagi sirkulasi kekuasaan internal PDIP.
Bahkan Moeldoko disebut Rocky Gerung hanya sebagai korban dari ketegangan politik yang terjadi di antara Jokowi dan Megawati.
"Tapi sebetulnya protagonisnya, jadi orang yang bermain itu adalah Jokowi dan Megawati, nah yang jadi korban adalah Moeldoko, karena pak Moeldoko sekarang kayak layangan putus, mau nyantol ke mana gitu kan," ujarnya.
"Semua orang akhirnya melihat bahwa akhirnya Moeldoko akan mengkudeta dirinya sendiri itu," tutupnya.***