PR BEKASI - Kisruh internal yang tengah terjadi di dalam Partai Demokrat masih mencuri perhatian publik.
Tak hanya itu, Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko juga semakin di soroti sejak didaulat menjabat Ketua Umum Partai Demokrat versi hasil Kongres Luar Biasa (KLB).
Seperti diketahui bahwa KLB telah di gelar di Sumatera Utara pada beberapa waktu lalu masih panas.
Sehingga, mulai dari hal tersebut Partai Demokrat terpecah menjadi dua kubu yakni, kubu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Moeldoko.
Baca Juga: Akui Pernah Pinjamkan Uang Rp1 Miliar untuk Ruben Onsu, Ivan Gunawan:Dia Langsung Balikkin 3 Hari
Baca Juga: Ada Anggota Demokrat Kubu Moeldoko Sebut Habib Rizieq Stress, Yan Harahap: Sungguh Tak Pantas, Kasar
Kedua kubu tersebut terpantau masih seringkali beradu pendapat mengenai KLB Partai Demokrat.
Moeldoko menyebut keputusannya menerima permintaan untuk memimpin Demokrat disebabkan karena adanya pertarungan ideologis yang kuat di tubuh Demokirat menjelang 2024.
Keputusan tersebut ia ambil tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada keluarga, dan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Oleh karenya ia menegaskan, bahwa jangan membawa nama Presiden Jokowi dalam polemik Partai Demokrat, sebagaimana diberitakan PRFMNews.Pikiran-Rakyat.com dalam artikel berjudul, "Soal Polemik Jadi Ketum Demokrat Versi KLB, Moeldoko: Jangan Bawa-Bawa Presiden".
"Saya juga khilaf, tidak memberitahu kepada istri dan keluarga. Saya terbiasa mengambil risiko seperti ini, demi kepentingan bangsa dan negara. Untuk itu, jangan bawa-bawa Presiden untuk persolan ini," tulis Moeldoko di akun Instagram pribadinya dikutip prfmnews.id, Minggu 28 Maret 2021.
Baca Juga: Pengacara: Habib Rizieq Minta Semua Kerumunan di Indonesia Diproses Hukum atau Ia Dibebaskan
Baca Juga: Tsamara Amany: Mau Sampai Kapan Ada Warga Negara yang Ketakutan Ketika Beribadah di Rumah Tuhan?
Mengenai pertarungan ideologis menjelang Pemilu 2024, ia menyebut pertarungan tersebut terstruktur dan menjadi ancaman serius bagi cita-cita menuju Indonesia Emas 2045.
Keputusannya menerima penunjukan menjadi Ketum Demokrat versi KLB, selain untuk menyelamatkan Demokrat, juga bertujuan untuk menyelematkan bangsa.
"Ada kecenderungan tarikan ideologis itu terlihat di tubuh Demokrat, jadi ini bukan sekedar menyelamatkan Demokrat, tapi juga menyelamatkan bangsa. Itu semua berujung pada keputusan saya menerima permintaan untuk memimpin Demokrat, setelah tiga pertanyaan yang saya ajukan kepada peserta KLB," katanya.*** (Rian Firmansyah/PRFMNews.Pikiran-Rakyat.com)