Selain itu, Ferdinand menilai orang seperti Haris Azhar banyak bicara, tetapi nalarnya kurang bekerja terhadap perlindungan nyawa korban akibat aksi teror.
Baca Juga: Soal Kepemilikan Senpi untuk Warga Sipil Indonesia, Berikut Prosedur dan Persyaratannya
"Orang seperti ini hanya mulutnya yang besar, tapi hatinya kerdil dan nalarnya kurang bekerja terhadap perlindungan nyawa korban teroris dan aparat yang bertugas," kata Ferdinand Hutahaean dalam akun Twitter-nya, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com pada Sabtu, 3 April 2021.
Banyak komentar negatif terhadap perugas dlm menangani teroris. Org sprt ini hanya mulutnya yg besar tp hatinya kerdil dan nalarnya kurang bekerja terhadap perlindungan nyawa korban teroris dan aparat yg bertugas.
Mgkn dia akan sadar kalau sdh jd korban
https://t.co/ETMsMEZtsH— Ferdinand Hutahaean (@FerdinandHaean3) April 3, 2021
Oleh karena itu, Ferdinand mengatakan Haris Azhar baru mengoreksi ucapannya jika dirinya yang menjadi korban aksi teror.
"Mungkin dia akan sadar kalau sudah jadi korban," ucap Ferdinand Hutahaean.
Untuk diketahui, dalam kesempatan tersebut, Haris Azhar juga menyinggung prinsip Kuba dalam menanggapi tindakan aparat penegak hukum terkait aksi teror di Mabes Polri.
"Sebelum mematikan, harus melumpuhkan dulu. Sebelum melumpuhkan juga ada penegakan hukum lain, misalnya mencegah," ujar Haris Azhar.
Dalam prinsip Kuba, lanjut Haris Azhar, terdapat sejumlah ukuran yang menjadi landasan bagi aparat penegak hukum dalam mengambil tindakan.
"Kuba Prinsipal. Dalam situasi seperti apa nembaknya boleh ke kaki, dalam situasi seperti apa nembaknya boleh ke dada." ucap Haris Azhar.***