Merasa aman, Sofyan pun keluar dari tempat persembunyiannya dan berlari menghampiri mobil taksi tersebut.
"Alhamdulillah saya bertemu dengan istri kembali serta anak-anak saya yang masih kecil-kecil pun kegirangan. Saya segera memangku anak saya yang berumur tiga tahun, seraya menggendong bayi 10 bulan saat itu," ucapnya.
Sayangnya rencana Sofyan tersebut tidak berjalan mulus, tepat di pertigaan Jalan Narogong, mobil taksinya dicegat oleh beberapa mobil diiringi dengan puluhan bunyi letusan senjata.
Sofyan pun langsung mengokang pistol FN yang dipegangnya dan bersiap-siap untuk menembak.
Saat pintu taksi terbuka Sofyan langsung ditodongkan oleh senjata api laras panjang dan pendek oleh sejumlah anggota Densus 88.
"Ada sekian detik waktu saya untuk mengambil sikap, posisi saya bersebelahan dengan istrinya yang sedang menggendong bayi, anak yang saya pangku saya berikan kepada istri," ucapnya.
"Hal itu menyulitkan saya bertindak, balas atau tidak, tidak pikir saya, jika saya balas menembak, pasti tembakan Densus 88 akan mengenai anak-anak saya," sambung Sofyan.
Sofyan pada saat itu langsung dibentak oleh tim Densus 88 dan disuruh keluar dari mobil taksi itu.
Seiring bunyi letusan senjata api yang tidak berhenti, anak-anak beserta istrinya pun ikut menangis.