Senada, Wakil Ketua PCNU Kabupaten Bogor Saepudin Muhtar alias Gus Udin menyebutkan bahwa rentetan aksi teror yang dianggap melibatkan suatu agama, justru merupakan perilaku yang dimusuhi oleh semua agama.
"Aksi yang dilaksanakan dan terjadi akhir-akhir ini kejahatan kemanusiaan yang merupakan musuh semua agama, kejahatannya tidak dibenarkan agama apapun," ujarnya.
Ketua Bidang Pendidikan MUI Kabupaten Bogor itu berharap ada benteng yang kokoh pada setiap diri warga, agar tidak terkontaminasi paham radikal yang mengatasnamakan agama.
"Masyarakat Kabupaten Bogor dengan kultur religius diharapkan bisa membentengi diri dari badai tsunami pemikiran-pemikiran (radikal) itu," kata Gus Udin.
Lebih lanjut, dalam kesempetan berbeda, menurut Pengamat intelijen dan keamanan Stanislaus Riyanta menyebutkan tindakan pencegahan terorisme memerlukan kolaborasi erat antara pemerintah dan masyarakat.
Agar hal itu berhasil, kata Stanislaus Riyanta, pemerintah perlu memperkuat kapasitas masyarakat dan menjalin komunikasi secara terus menerus.
"Kolaborasi antara state actor dan non state actor ini sangat penting untuk pencegahan terorisme karena terorisme tidak mungkin diurus hanya oleh Pemerintah," katanya.
Stanislaus berpendapat bahwa kunci pencegahan kelompok intoleran ada di tengah masyarakat, terutama keluarga.
Deteksi dini benih radikalisme dan terorisme pertama kali di tingkat keluarga.
"Negara perlu memberikan pembekalan kepada semua keluarga dan masyarakat untuk mampu melakukan deteksi dini atas ideologi radikal terorisme," katanya.
Menurut dia, radikalisme dan terorisme terus berkembang secara pesat. Keberadaan teknologi dan jaringan internet memudahkan propaganda kepada siapa pun tanpa mengenal batas dan jarak.***