Soroti Film Indonesia yang Jarang Kritik Polisi dan Tentara, Salim Said: Di Badan Sensor Ada Wakil Mereka

- 9 April 2021, 06:50 WIB
Guru Besar Ilmu Politik, Profesor Salim Said menyoroti film-film di Indonesia yang jarang mengkritik polisi dan lebih menonjolkan sisi kesuciannya.
Guru Besar Ilmu Politik, Profesor Salim Said menyoroti film-film di Indonesia yang jarang mengkritik polisi dan lebih menonjolkan sisi kesuciannya. /Tangkapan layar YouTube/ Kosakata Bersama Ichan Loulembah/YouTube/ Kosakata Bersama Ichan Loulembah

Ketika itu, mantan Presiden Soeharto datang untuk ikut disorot dalam film tersebut, yang mana kehadirannya hanya untuk menunjukkan kalau dia mendukung danareksa.

Hasil akhirnya pun bagus, tetapi ternyata film tersebut harus disensor dan dipotong.

"Nggak boleh. Karena mereka pikir Pak Harto enggak boleh dipakai untuk kampanye, apa Pak Harto berpikir begitu? saya kira tidak, buktinya dia mau di-shoot bersama Ibu Tien waktu itu, akhirnya dipotong," ucapnya.

Artinya adalah, dijelaskan Salim Said, dalam suatu pemerintahan yang otoriter maka tidak ada orang yang bebas.

Baca Juga: Sebut Oligarki Kocar-kacir Jika PKS Berkuasa, Rocky Gerung: Partai Ini Akan Ubah Semua Arah Kebijakan 

Termasuk ketika seseorang itu diberi kekuasaan, orang tersebut akan takut menggunakan kekuasaan tersebut karena adanya risiko.

"Itu adalah, ini sudah politik, mempunyai dampak kepada kehidupan kreativitas," tambahnya.

Sementara itu, terkait dengan sedikitnya film Indonesia yang menampilkan Polisi selayaknya film Hollywood atau Bollywood yang sampai menjadi bulan-bulanan.

"Jadi saya ingat betul cerita almarhum Pak Joyo Kusumo 'itu banyak orang suci di film Indonesia'. Sebab kalau you bikin film mengkritik dokter, ikatan dokter protes," jelasnya.

Baca Juga: Analogikan Terorisme dengan Lelucon yang Tak Lucu, Sherly Annavita: Banyak Bukti Seolah Sengaja Ditinggalkan 

Halaman:

Editor: M Bayu Pratama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah