"Itu yang kita butuhkan di desa-desa sekarang ini," jelasnya.
Budiman Sudjatmiko pun kembali menanggapi dengan memberikan jawaban untuk memajukan teknologi dan bersikap adil terhadap kepemilikannya.
Bukan dengan menghentikan teknologi dan mengadilkan kepemilikannya.
"Bukan small is beautiful tapi yang beautiful dan smart adalah the network of small things," jelasnya.
Baca Juga: Durasi Puasa Ramadhan 2021 di Berbagai Belahan Dunia, dari yang Terlama hingga Tercepat
Disampaikan olehnya, karena adanya kebiasaan 'small is beautiful' akhirnya Farid Gaban menyukai kebaikan itu kecil dan jarang-jarang saja.
Budiman Sudjatmiko menambahkan, sementara jika hal yang kecil itu menjadi banyak dan berjejaring akan menjadi risih dan curiga.
Farid Gaban menyanggah kalau baginya 'small is beautiful' merupakan gagasan besar, suatu ide yang besar.
"Keluasan pikiran tidak ditentukan oleh seberapa besar gedung yang bisa Anda bangun," papar Farid Gaban.
Saya tidak lulus kuliah dari ITB. Saya drop-out. Teknologi dan sosial tak terpisahkan. Teknologi yg mana dulu? Saya lebih prefer pada teknologi tepat guna ala Schumacher "Small is Beautiful". Itu yg kita butuhkan di desa2 sekarang ini.— Farid Gaban (@faridgaban) April 12, 2021
Baca Juga: BNI Ikut Salurkan BPUM 2021 Rp1.2 Juta kepada Pelaku Usaha Khusus Nasabah