Neno Warisman pun mengatakan bahwa ada banyak hal yang dia pikirkan ketika mendengar Mendagri memerintahkan TNI-Polri untuk mengawasi orang-orang makan di tempat.
"Ada banyak hal yang saya pikirkan kalau TNI-Polri diperintahkan Mendagri untuk mengawasi orang-orang makan dan 20 menit harus kelar. Walaupun ada pesannya di situ harus menjaga kesantunan," tutur Neno Warisman.
Baca Juga: Febby Rastanty Pernah Niat Bunuh Diri karena Tak Diterima di UI: Aku Nangis-nangis Terus di Kamar
Apalagi menurutnya, ada banyak sekali restoran atau rumah makan yang ada di Indonesia.
"Cuma warung aja ada berapa warung, belum restoran. Saya itu gak kebayang ketika nanti bapak-bapak polisi atau tentara ngawasin. Kalau ngawasin kan harus melihat orang pesan ini, orang pesan itu, terus berganti orang," kata Neno Warisman.
Neno Warisman pun menilai, aturan tersebut membuat Indonesia seperti negara fasis (penganut fasisme atau penganut paham nasionalis ekstrem yang anjurkan pemerintahan otoriter).
"Wuih jadi kayak negara apa gitu, apa namanya negara fasis atau apa, gitu ya. Ampun," ujar Neno Warisman.
"Pemerintah sepertinya kehilangan kemampuan untuk mempercayakan kepada masyarakat. Jadi kayaknya otoriter, sampai harus melibatkan (TNI-Polri) makan di warung 20 menit harus kelar," sambungnya.
Terakhir, Neno Warisman meminta TNI-Polri juga turut mengawasi tempat makan di Pantai Indah Kapuk, yang biasanya buka semalaman.