PR BEKASI - Video lama Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat menjadi narasumber di acara talkshow "Rosi" pada 13 Agustus 2016 silam, kembali menjadi sorotan publik.
Dalam video tersebut, SBY menceritakan kebanggaannya sebagai Presiden Indonesia yang tidak bisa didikte oleh satu orang pun.
"Sebagai presiden, di samping saya bersyukur pada Tuhan, berterima kasih pada rakyat, pada keluarga, yang saya bangga adalah tidak satu orang pun yang bisa mendikte saya," kata SBY.
SBY mengatakan bahwa apa pun masalah yang sedang dihadapinya dan apa pun keputusan yang harus diambilnya, tidak ada satu orang pun yang bisa mendikte dirinya.
"Mau reshuffle, mau tidak, mau keputusan A, keputusan B, hubungan luar negeri, urusan dalam negeri, Aceh, Papua, segala macam, tidak ada orang yang bisa mendikte saya," ujar SBY.
SBY menjelaskan bahwa semua keputusan yang diambilnya pasti telah dipikirkan secara jernih dan sesuai sistem yang ada.
"Semua tanggung jawab saya dan itu saya pikirkan secara jernih, tujuannya jelas, sesuai dengan sistem yang ada," kata SBY.
Terakhir, SBY mengatakan bahwa semua orang boleh memberikan masukan, bahkan mengkritiknya, dan semua itu pasti akan dia dengarkan dengan seksama.
"Orang boleh kasih masukan, tidak hanya masukan, boleh mengkritik, boleh mengatakan saya salah, diam-diam saya dengarkan," kata SBY.
Diketahui, potongan video wawancara SBY itu dibagikan oleh Deputi Balitbang Partai Demokrat Yan Harahap.
Yan Harahap pun kembali menegaskan apa yang disampaikan SBY bahwa setiap orang boleh memberi masukan dan kritik pada presiden, tapi tak seorang pun yang bisa mendikte seorang presiden.
"Boleh saja beri saran dan masukan, tetapi sebagai seorang presiden, tak seorang pun yang bisa mendikte beliau, baik dalam mengambil keputusan, reshuffle, maupun kebijakan," kata Yan Harahap, yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari cuitan Twitter @YanHarahap, Sabtu, 21 Agustus 2021.
Yan Harahap lantas mendoakan SBY agar selalu sehat dan panjang umur.
"Sehat dan panjang umur panutan kami, Pak @SBYudhoyono," kata Yan Harahap.***