"Serta waktu orang tua untuk anaknya sendiri juga, terutama yang sedang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Belum lagi pendidikan luar biasa saat ini belum humanis. Ya ampun," tutur Surya Sahetapy.
Surya Sahetapy lantas memberikan saran pada Mensos Risma dalam memberikan pertanyaan yang sesuai untuk para penyandang disabilitas.
Baca Juga: Doddy Sudrajat Akan Pindahkan Makam Vanessa Angel, Ayah Bibi Kaget: Janganlah, Mereka Sudah Tenang
"Seharusnya digantikan pertanyaan, 'Nak, mau sampaikan pakai apa? Boleh tulis, boleh bahasa isyarat, boleh berbicara, dan lain-lain. Biar ibu yang belajar memahamimu'," tutur Surya Sahetapy.
Surya Sahetapy juga mengingatkan semua pihak agar menanyakan cara komunikasi yang dikehendaki penyandang disabilitas, bukan malah menentukan cara komunikasi mereka.
"Tanyakan komunikasi mereka, bukan kita menentukan komunikasi mereka demi kepuasan kita tanpa memahami kenyamanan mereka," kata Surya Sahetapy.
Surya Sahetapy lantas meminta semua pihak untuk mengindari sikap linguicism, yakni menganggap orang yang memakai bahasa Indonesia secara lisan jauh lebih pintar dari yang memakai bahasa isyarat.
"Hindari sikap linguicism ya kawan-kawan! Linguicism merupakan pandangan menganggap orang pakai bahasa Indonesia secara lisan lebih pintar daripada orang menggunakan bahasa isyarat," tuturnya.
"Bahasa isyarat merupakan bahasa ibuku. Bahasa Indonesia merupakan bahasa keduaku. Bukan berarti saya tidak berkompeten sebagai warga negara Indonesia," kata Surya Sahetapy.