Network
PR BEKASI - Oknum guru bejat bernama Herry Wirawan yang memperkosa santriwati didikannya tengah menuai sorotan.
Herry Wirawan diketahui melakukan pemerkosaan terhadap sedikitnya 21 santriwati di pondok pesantren tempatnya mengajar.
Bahkan Herry Wirawan sudah melancarkan aksi bejatnya selama bertahun-tahun, terhitung sejak 2016.
Kendati demikian, aksinya itu baru terbongkar ke publik akhir-akhir ini.
Andai saja sidang ketujuh di pengadilan tidak "bocor", sudah dipastikan kejahatan luar biasa sang pemimpin boarding school ini terkubur lebih dalam.
Seperti diutarakan kuasa hukum para korban pemerkosaan, Yudi Kurnia, terdakwa Herry Wirawan diduga memakai ilmu hitam untuk memperdaya korbannya.
Baca Juga: Polisi Dibuat Melongo Lihat Ruangan 'Eksekusi' Herry Wirawan Saat Perkosa Santriwati: Pejabat Gak Gini Amat
Satu, dua, tiga, dan banyak korban seperti dicocok hidung selalu mau melakukan apa yang diinginkan gurunya itu.
Terkait gendam yang diduga dilakukan Herry Wirawan, kata Yudi dirasakan para korbannya.
Ilmu sihir sang guru rupanya menjadi senjata untuk memperdaya semua korbannya itu.
Baca Juga: Sederet Bujuk Rayu Herry Wirawan pada Santriwati di Bandung Diungkap Kuasa Hukum Korban: Selalu Ada Bisikan...
Sebelum melancarkan aksinya, pelaku biasanya membisiki telinganya, seperti melakukan gendam saat hendak melaksanakan niat kejinya.
“Biasanya ada bisikan ke telinga korban. Setelah terperdaya, pelaku lalu melakukan hal itu," ujar Yudi pada Sabtu 11 Desember 2021.
Dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari berita Pikiran-Rakyat.com berjudul "Terungkap Korban Perkosaan Predator Seks Herry Wirawan Selalu Bungkam Saat Pulang Kampung", korban yang saat itu awalnya menolak, tak mampu berbuat banyak lagi. Mereka pun diduga tanpa sadar akhirnya mengikuti kemauan pelaku.
Baca Juga: Yana Mulyana Setujui Hukum Kebiri Oknum Guru Pemerkosaan Santriwati di Bandung: Kan Udah Ada Undang-Undang
Herry Wirawan biasanya akan mendekati korban, hingga dirinya bisa menyampaikan sihirnya di dekat telinga para korbannya.
"Menurut keterangan dari anak-anak. Awalnya kan menolak, tapi setelah si pelaku itu memberikan bisikan di telinga, korban jadi mau," kata Yudi.
Dugaan itu juga diucap Yudi, ketika korban yang setiap tahun pulang kampung, akan tetapi tidak bercerita pada orangtua atau orang terdekat.
"Dalam hal ini, korban itu seakan tidak mau melaporkan perbuatan pelaku ke orangtuanya. Padahal katanya dia setiap tahun pulang kampung," ucap Yudi.***(Rizki Laelani/Pikiran Rakyat)
