PR BEKASI - Kabar mengenai hilangnya anak Ridwan Kamil, Emmeril Khan Mumtadz (Eril) di Sungai Aare, Swiss masih menjadi sorotan.
Hilangnya Eril bukan hanya membawa duka bagi masyarakat yang tinggal Indonesia saja, namun juga bagi WNI yang sedang tinggal di Swiss dan negara sekitarnya.
Bahkan masyarakat dunia turut menyoroti kabar hilangnya Eril di Sungai Bern itu.
Rikza Azriyan adalah WNI Indonesia yang sempat berkuliah di Jerman dan untuk saat ini pun dia bekerja di Jerman.
Rikza mengaku jarak tempat tinggalnya dengan lokasi kejadian hanyutnya Eril (Kota Bern) hanya sekitar dua jam kurang.
Dia berencana berkunjung ke Interlaken (salah satu kota cantik di Swiss). Pada malam sebelum berangkat, namun Rikza mendapat informasi berita duka tentang hanyutnya anak Ridwan Kamil di Bern.
Kebetulan, untuk pergi ke Interlaken akan melewati Kota Bern terlebih dahulu. Sehingga Rikza dan rombongannya memutuskan untuk pergi ke Bern.
"Ya udah, kita ke Bern dulu yuk. Lihat kondisinya seperti apa. Siapa tau nanti ada yang bisa kita bantu dan segala macam," ujarnya.
Menurut Rikza, masyarakat Indonesia sangat kompak dan sangat berempati. Pada saat kejadian seperti ini, banyak yang datang ke Bern.
Bahkan ada yang datang dari Berlin, Jerman, yang membutuhkan waktu satu setengah jam untuk pergi ke sana demi mengulurkan tangan pada keluarga Ridwan Kamil.
Selain itu, Rikza juga melihat ada (WNI) yang menggunakan perahu karet untuk menyusuri Sungai Aare guna mencari keberadaan Eril secara manual.
Menurutnya, yang membuat pencarian sulit dilakukan adalah kekhawatiran mengenai Dam (berupa bendungan).
Baca Juga: Daftar Hari Keberuntungan 6 Zodiak hingga 5 Juni 2022, Ada Cancer dan Virgo
Diketahui tempat pemandian tersebut selanjutnya akan ditemui Dam. Khawatirnya (Eril) jatuh ke Dam, kemudian di bawa arus sungai ke jarak yang lebih jauh lagi.
Rikza mengatakan bahwa sungai tersebut tidak besar, justru terlihat seperti kanal yang besar.
Hanya saja, aliran airnya memang cukup deras, mungkin karena jumlah air yang banyak namun melalui saluran yang kecil, sehingga kecepatan arusnya besar.
"Tapi itu juga tergantung dari bulan dan musimnya. Biasanya pada saat musim salju dan glatser mencair jumlah volume air banyak, sehingga aliran arusnya menjadi cepat dan besar dan juga suhunya sangat rendah. Kebetulan pas aku ke sana suhunya sedang di titik 12,9 derajat," tuturnya.
Kedalaman sungai Aare sangat variatif. Masuk ke daerah tengah, menurut sumber yang dibacanya bisa mencapai 20 meter.
Namun, berdasarkan pengalaman Rikza yang telah mengunjungi sungai tersebut, kondisinya tidak terlalu dalam.
"Daerah tengahnya itu bahkan kalau aku naik jembatan. Ada jembatan kecil. Aku bisa lihat ke bawah, itu di daerah tengah. Yang pertama airnya bersih, jernih, aku bisa ngeliat ke bawah permukaan. Ada pasir, ada batu, aku bisa lihat. Kalau daerah pinggir justru malah lebih dangkal lagi, kira-kira di bawah lutut lah," ujarnya
Sungai Aare tersebut menjadi pusat kehidupan masyarakat Bern. Mulai dari pada saat mereka santai, berlibur, berenang, menyelam dan sebagainya.***