Dihimbau Untuk Tetap Tenang, Cacar Monyet Ternyata Tidak Seganas COVID-19?

- 22 Agustus 2022, 20:34 WIB
Foto ilustrasi: cacar monyet
Foto ilustrasi: cacar monyet /Dok/gia /Shutterstock

PR BEKASI – Seakan baru saja diberikan kabar baik setelah terkontrolnya pandemi COVID-19, kini dunia kembali dihebohkan dengan kemunculan wabah baru yakni Monkeypox atau cacar monyet.

Di beberapa negara seperti Amerika bahkan sudah mengumumkan darurat kesehatan akibat merebaknya penyakit tersebut.

Lantas apakah cacar monyet atau Monkeypox lebih berbahaya dibandingkan COVID-19?

Menurut Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa penularan cacar monyet jauh lebih sulit dibandingkan dengan COVID-19.

Baca Juga: Kementerian Kesehatan Umumkan Kasus Cacar Monyet Pertama di Indonesia, Ternyata Berasal dari Sini!

Berbeda dengan virus corona atau COVID-19 yang tanpa gejala bisa menular terhadap orang lain, cacar monyet dapat menular jika sudah bergejala terlebih dahulu.

Bahkan infeksi cacar monyet terjadi setelah ada kontak fisik dengan pasien yang terinfeksi penyakit tersebut.

Sementara COVID-19 dapat menginfeksi melalui droplet atau cairan mulut, dimana infeksi terjadi dalam kurun waktu inkubasi maksimal 14 hari.

Oleh karena itu, Budi Gunadi Sadikin menghimbau kepada masyarakat khususnya di Indonesia untuk tetap tenang menghadapi wabah cacar monyet ini.

Baca Juga: 5 Mitos Cacar Monyet yang Beredar di Masyarakat, Apa Saja?

Terkait kematian akibat penyakit cacar monyet, dirinya kemudian menjelaskan bahwa angka kematian di dunia sangat rendah.

Dari sekitar 35 ribu kasus di dunia yang dilaporkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hanya 12 orang yang teridentifikasi meninggal akibat penyakit tersebut.

"Itu pun bukan meninggal karena virus Monkeypox, karena di kulit tidak bisa menyebabkan meninggal," kata Budi, sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari Antara News.

Dirinya juga menjelaskan bahwa penyebab utama meninggalnya penderita cacar monyet, dipicu oleh bakteri yang berasal dari garukan jari maupun tangan yang menginfeksi jaringan paru-paru dan otak.

Baca Juga: WHO Umumkan Cacar Monyet Sebagai Darurat Kesehatan Global, Berikut 3 Kelompok yang Berisiko Tertular

"Saat gatal, digaruk dan infeksi masuk ke dalam tubuh dan kena bakteri, di paru biasanya karena Pneumonia, atau Meningitis di otak karena bakteri, bukan karena infeksi kulit cacar monyet," katanya.

Bahkan Menteri berusia 58 tahun tersebut meyakini bahwa masyarakat yang lahir sebelum era vaksinasi cacar di tahun 1980, memiliki tingkat antibodi yang lebih kuat dibandingkan kelahiran setelahnya.

"Virus cacar monyet, vaksinasinya sampai 1980, dan itu berlaku seumur hidup, untuk yang sudah lahir sebelum tahun itu, harusnya masih terproteksi (dari cacar monyet), mungkin tidak 100 persen," kata Budi.

Seperti diketahui, terdapat dua tipe virus Monkeypox atau cacar monyet yang beredar di dunia, yaitu berasal dari Afrika Barat dan Afrika Tengah.

Baca Juga: Apakah Vaksin Cacar dapat Mencegah Cacar Monyet? Ini Pendapat Para Ahli

Menurut Budi, kedua tipe tersebut mempunyai tingkat fatal yang tinggi dan tidak fatal sama sekali.

Di Indonesia sendiri, menurutnya termasuk ke dalam tipe cacar monyet yang tidak fatal, karena pasien yang saat ini terinfeksi di Indonesia masih tergolong aman.

"Yang satu fatal, dan satu tidak fatal, di Indonesia termasuk yang tidak fatal karena pasiennya masih baik-baik saja," katanya.***

Editor: Nicolaus Ade Prasetyo

Sumber: Antaranews


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah