Ia pun menilai dokumen itu bukan dokumen milik negara karena negara dinilai tidak pernah peduli dengan adanya dokumen itu.
Baca Juga: Arab Saudi Umumkan Pembukaan Umrah, Kemenag Siapkan Regulasi di Masa Pandemi Covid-19
“Ini bukan dokumen negara, memang betul menyangkut dokumen nasional tapi pemerintah sendiri tidak peduli, mau diapakan lagi. Saya enggak ada jalan lain," kata Tito.
Berdasarkan penuturan Tito, sebelumnya ada banyak pihak yang tertarik untuk membeli dokumen-dokumen tersebut.Mantan Gubernur Jabar Nuriana dan juga sebuah museum sempat tertarik pada dokumen penting tersebut.
Tidak hanya itu, pernah adapula utusan dari Belanda yang datang dan menawar untuk membelinya dengan angka yang fantastis, yakni sebanyak Rp100 miliar. Akan tetapi, pihak keluarga menginginkan dokumen tersebut dimiliki oleh warga Indonesia.***