Bahaya Fanatisme Pilpres dalam Pemilu: Ciri, Dampak, dan Penanggulangannya

- 2 Maret 2024, 08:16 WIB
Ilustrasi demonstrasi, cek bahaya dalam fanatisme Pilpres.
Ilustrasi demonstrasi, cek bahaya dalam fanatisme Pilpres. /Antara Foto/Makna Zaezar/

PATRIOT BEKASI - Pemilihan presiden (Pilpres) selalu menjadi momen krusial dalam perjalanan demokrasi Indonesia. Pada Masa Era Orde Baru mungkin hanya mengenal Pilpres sebagai ritual 5 tahunan untuk melanggengkan kekuasaan, karena masyarakat belum bisa memilih secara langsung calon Presiden dan wakil Presiden yang mewakili harapan mereka.

Namun, sejak tahun 2004 atau pasca reformasi, pemilihan Presiden dan Wakil Presiden berhasil dilaksanakan pertama kali secara langsung melalui bilik suara.

Seiring kemajuan teknologi dan informasi, masyarakat kini memiliki akses yang lebih luas untuk mencari tahu tentang calon pemimpin yang akan mereka dukung. Hal ini, di satu sisi, membuka ruang partisipasi publik yang lebih besar.

Baca Juga: 2 Ponsel Canggih di Kelas Menengah Redmi Note 13 Series Hadir dengan Dukungan E SIM

Di sisi lain, karena harapan dan latar belakang yang berbeda-beda pada masyarakat, dapat memecah mereka menjadi kelompok-kelompok sesuai kesamaan pilihan masing-masing.

Kegemaran berlebihan terhadap calon Presiden tertentu, seringkali menjerumuskan individu dan kelompok ke dalam jurang intoleransi dan kebencian.

Lebih lanjut, fanatisme yang berlebihan, dapat mengantarkan masyarakat pada perpecahan dan permusuhan.

Baca Juga: Perbandingan Redmi Note 13 Pro Plus vs Xiaomi 13T, Duel Ponsel di Harga Enam Jutaan

Fanatisme dalam Pilpres dapat didefinisikan sebagai sikap mendukung kandidat secara berlebihan, tanpa mempertimbangkan kekurangan dan kritik yang ada. Fanatisme ini seringkali diiringi dengan:

Ketaatan buta

Fanatik berlebihan pada pasangan calon presiden dan wakil presiden tertentu cenderung mendewakan sosok paslon yang didukung, tidak kritis dalam melihat kesalahan dan kekurangannya.

Penolakan pendapat lain

Menganggap suara yang berbeda dengan pihak yang didukung, selalu dianggap musuh, dapat memicu perdebatan panas dan permusuhan.

Penyebaran hoaks dan propaganda

Demi memenangkan argumen, kelompok yang fanatik seringkali menyebarkan informasi keliru dan propaganda untuk menjatuhkan lawan.

Emosi dan kebencian

Fanatisme berlebihan yang diwarnai emosi tinggi dan kebencian terhadap kelompok lain, dapat memicu polarisasi dan perpecahan.

Bahaya fanatisme Pilpres yang berlebihan tidak boleh dianggap remeh. Dampaknya dapat mencederai demokrasi Indonesia, di antaranya:

Menghalangi demokrasi

Fanatisme pada calon presiden tertentu menghambat musyawarah mufakat dan kompromi, pilar penting demokrasi.

Kekerasan dan perpecahan

Fanatisme dapat memicu kerusuhan, demonstrasi anarkis, bahkan terorisme.

Ketidakpercayaan terhadap pemerintah
Fanatisme berlebihan memicu rasa tidak percaya terhadap pemerintah, melemahkan stabilitas politik.

Penurunan kualitas demokrasi

Berlebihan dalam mendukung paslon tertentu, dapat menghambat kemajuan demokrasi, mengantarkan masyarakat pada kemunduran.

Untuk menanggulangi terjadinya fanatisme yang berlebihan dalam pilpres di setiap pemilu, diperlukan partisipasi semua pihak yang bisa dilakukan antara lain

Pendidikan politik

Masyarakat perlu dibekali pendidikan politik yang kritis dan terbuka, menumbuhkan toleransi dan pemahaman terhadap perbedaan.

Media sosial yang bertanggung jawab
Platform media sosial harus memfilter hoaks dan propaganda, mendorong diskusi yang sehat dan konstruktif.

Keteladanan pemimpin

Elit serta para tokoh-tokoh politik pendukung harus menunjukkan sikap toleransi dan moderasi, menghindari politisasi SARA dan ujaran kebencian dalam setiap kampanye atau dialog.

Dialog dan komunikasi

Dialog antar kelompok politik dan masyarakat perlu di-intensifkan, membangun jembatan komunikasi dan saling pengertian.

Marilah kita bersama-sama menjaga demokrasi Indonesia dengan memerangi fanatisme Pilpres. Ingatlah, perbedaan pilihan adalah hal yang wajar dalam demokrasi. Persatuan dan kesatuan bangsa jauh lebih penting daripada ambisi politik sesaat.***

Editor: M Hafni Ali


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah