PR BEKASI – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa hingga akhir September 2020, pemantauan terhadap anomali iklim global di Samudera Pasifik Ekuator menunjukkan anomali iklim La Nina sedang berkembang.
Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari situs resmi Sekretariat Kabinet pada Minggu, 4 Oktober 2020, Indeks ENSO (El Nino-Southern Oscillation) menunjukkan suhu permukaan laut di wilayah Pasifik tengah dan timur dalam kondisi dingin selama enam dasarian terakhir.
Hal tersebut dengan nilai anomali telah melewati angka –o.5 derajat selsius, yang menjadi ambang batas kategori La Nina.
Baca Juga: Sempat Diejek Donald Trump karena Selalu Pakai Masker, Joe Biden: Bersikaplah Patriotik
Perkembangan nilai anomali suhu muka laut di wilayah tersebut masing-masing adalah -0.6 derajat selsius pada bulan Agustus dan 0.9 derajat selsius pada bulan September 2020.
BMKG dan pusat layanan iklim lainnya seperi NOAA (Amerika Serikat), BoM (Australia), JMA (Jepang) memperkirakan La Nina dapat berkembang terus hingga mencapai intensitas La Nina Moderate pada tahun 2020.
"Diperkirakan akan mulai meluruh pada Januari-Februari dan berakhir di sekitar Maret-April 2021,” kata Deputi Bidang Klomatologi BMKG, Herizal dalam keterangan tertulis.
Baca Juga: Terlilit Utang Saat Pandemi, Berikut Doa yang Dianjurkan Rasulullah SAW Agar Terbebas dari Utang
Berdasarkan catatan histois, La Nina dapat menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi jumlah curah hujan bulanan di Indonesia hingga 40 persen di atas normalnya.
Sumber: setkab