KLHK Pastikan Pembangunan Sarana Prasarana di TN Komodo dengan Menggunakan Protokol Ketat

- 28 Oktober 2020, 18:47 WIB
Komodo di Pulau Komodo, Manggarai Barat, NTT.
Komodo di Pulau Komodo, Manggarai Barat, NTT. /ANTARA/Kornelis Kaha/

PR BEKASI – Beberapa waktu lalu, warganet digegerkan dengan sebuah foto komodo berhadapan dengan truk yang membawa material bangunan.

Warganet mengecam proyek pembangunan di wilayah Taman Nasional Komodo (TNK) yang terletak di Nusa Tenggara Timur karena ditakutkan akan merusak ekosistem dari komodo dan keindahan alam yang sudah ada.

Menanggapi hal itu, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Wiratno akan memastikan protokol ketat pembangunan sarana dan prasarana TNK di Nusa Tenggara Timur dijalankan dengan baik.

Baca Juga: Test Pack Positif tapi Belum Hamil, Gilang Dirga Beri Penjelasan Tentang Kondisi Sang Istri

Wiratno mengatakan setiap hari ada 10 ranger yang bertugas memastikan tidak ada komodo yang masuk ke wilayah proyek pembangunan sarana dan prasarana taman nasional di Loh Buaya yang sedang dikerjakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) itu.

"Tapi tentu dengan saya hadir di lapangan, juga untuk memastikan protokol yang lebih ketat tentang pembangunan di daerah yang sensitif ini," ujar Wiratno, seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara pada Rabu, 28 Oktober 2020.

Dikabarkan Wiratno akan menuju Labuan Bajo dan selanjutnya ke Taman Nasional Komodo (TNK) untuk melakukan pengecekan langsung pembangunan sarana dan prasarana di sana.

Baca Juga: Cek Fakta: Cacing Pra-Sejarah Berusia Puluhan Ribu Tahun Dikabarkan Berhasil Dihidupkan Kembali

Menurut dia, pertama kali dibangun sarana dan prasana disana itu komodo tidak diusir, hanya digiring ke tempat yang lebih aman.

Lebih lanjut, ia mengatakan Penataan sarana dan prasarana, seperti dermaga Loh Buaya yang dibangun kembali sehingga lebih representatif dengan model bercabang seperti huruf Y seperti lidah komodo maupun tongkat naturalis guide di sana. Sehingga, menurut Wiratno, lebih banyak kapal yang bisa bersandar dengan aman.

Pembangunan sarana dan prasarana lainnya, antara lain pengaman pantai, evelated deck, pusat informasi, pondok untuk ranger, peneliti dan pemandu, semuanya dilakukan di lokasi lama yang dulu sudah ada dan dibongkar. 

Baca Juga: Bioskop di Bekasi Mulai Dibuka Hari Ini, Rahmat Effendi: Semua Pelaku Usaha Harus Taati Prokes

Elevated deck akan dibangun menyerupai ekor komodo, sehingga para pengunjung nanti akan melihat komodo dari atas, tidak boleh bersentuhan langsung dengan satwa liar dilindungi itu, seperti saat ini. 

"Tentu kita minimalkan pembangunan ini berdampak pada satwa komodo. Ini kira-kira yang harus diketahui oleh publik ya," ujar dia.

Ia mengatakan penataan sarana dan prasarana tersebut dilakukan karena ingin membuat satu sistem melihat komodo yang bagus, seperti di luar negeri, yang tidak bisa langsung bersentuhan saat melihat satwa.

Baca Juga: Pemerintah Cenderung Berbuat Otoriter, Refly Harun: Lawan-lawan Politik Dibungkam Pasal Karet UU ITE

Sarana dan prasaran taman nasional yang sebelumnya terpencar di sejumlah lokasi, menurut Wiratno, nantinya akan disatukan di Pulau Rinca tersebut.

"Jadi disatukan. Kalau sekarang information center nya ada di Labuan Bajo, di mana-mana, memang Pulau Rinca ini didesain untuk satu atraksi melihat komodo ya,” ujarnya.

Istilah Jurasic Park yang beredar di media sosial ia mengatakan tidak tahu siapa yang menciptakan hal itu.

Baca Juga: Ma'ruf Amin Setuju Lakukan Pilkada di Tengah Pandemi: untuk Penuhi Hak Konstitusional Masyarakat

“Jadi ini sebetulnya mengganti sarana prasarana yang terpencar-pencar menjadi satu sistem terpadu, dan kita bangga akan mempunyai ini dan ini bukan private sector, ini adalah dibangun oleh pemerintah," ujar Wiratno.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x