DPD Komentari Pembangunan TNK: Komodo Hidupnya di Alam Terbuka, Tak Butuh Bangunan Mewah atau AC

- 31 Oktober 2020, 10:03 WIB
Dua ekor komodo penghuni Pulau Komodo sedang berjalan di pinggir salah satu restoran.
Dua ekor komodo penghuni Pulau Komodo sedang berjalan di pinggir salah satu restoran. /Kornelis Kaha/ANTARA

Menurut Angelo Wake Kako, kunjungan kerja Presiden Jokowi ke NTT selama ini, yang sebagian besar difokuskan di Labuan Bajo, sepertinya hanya untuk melapangkan kepentingan bisnisi pemodal besar.

Sebab, sebagian besar konsep pembanguna Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Labuna Bajo, belum menyentuh pariwisata berbasis komunitas, untuk mendongkrak perekonomian masyarakat lokal NTT.

Baca Juga: Komentari Tulisan Mahathir Mohamad Soal Prancis, Scott Morrison: Tidak Masuk Akal dan Menjijikkan

“Masa pak Jokowi sering turun ke NTT, tetapi tidak mampu membaca pikiran dan suasana batin masyarakat NTT? Ini saatnya untuk pikirkan ulang konsep pembangunan Taman Nasional Komodo yang lebih ekologis,” tutur Angelo Wake Kako.

Dia menambahkan bahwa pemerintah harus bertanggungjawab, apabila komodo di TNK musnah dari habitatnya karena pembangunan wisata super premium tersebut.

Apalagi, pemegang izin pengelola usaha wisata tersebut adalah PT Komodo Wildlife Ecotourism (KWE), PT Segara Komodo Lestari (SKL), dan PT Sinergindo Niagatama.

Baca Juga: Aktivitas Gunung Merapi Alami Peningkatan yang Mengkhawatirkan, Radius 3 Kilometer Harap Dikosongkan

Ketiganya akan mengelola Pulau Rinca, Pulau Padar, Pulau Tatawa, dan Pulau Komodo dengan luas konsesi yang berbeda-beda.

Tak hanya itu, Angelo Wake Kako juga mengkritik kebijakan pemerintah dalam mempersiapkan konsep KSPN Labuan Bajo, tidak melihat secara komprehensif NTT secara lebih luas.

Yakni terkait dengan arus distribusi barang dan jasa, untuk menunjang kebutuhan pasar yang besar di kawasan tersebut saat ini, dan masa datang.

Halaman:

Editor: Puji Fauziah

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah