Selain itu, ia juga takut bahwa vaksin itu akan digunakan untuk senjata biologi.
Setelah itu, ia berusaha mengembalikan hak Indonesia. Pada 28 Maret 2007, Indonesia mengumumkan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan dengan WHO untuk memulai pengiriman virus dengan cara baru untuk memberikan akses vaksin terhadap negara berkembang.
Baca Juga: Buka Cabang di Jepang, BNI Kini Bisa Layani Transaksi Bilateral Indonesia-Jepang
Pada 15 Mei 2007, ia mengonfirmasi bahwa Indonesia kembali mengirimkan sampel H5N1 ke laboratorium WHO.
Sebelumnya, pada Maret 2007, ia menuding Askes tidak menyalurkan klaim rumah sakit sesuai dengan permintaan dalam rapat di Dewan Perwakilan Rakyat.
Sementara, pada tanggal 6 Januari 2008, Siti Fadilah merilis buku 'Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung'.
Buku tersebut berisi mengenai perjalanannya melawan Flu Burung di Indonesia dan adanya bayang-bayang nekolim dari luar negeri.
Buku tersebut juga dianggap membongkar cara kerja WHO Sebenarnya.
Baca Juga: Jokowi Marah, Pernyataan Emmanuel Macron Dianggap Telah Lukai Hati Umat Islam
Siti Fadilah membuka ketidak-adilan World Health Organization (WHO) yang telah lebih dari 50 tahun mewajibkan 'virus sharing' yang ternyata banyak merugikan negara miskin dan berkembang asal virus tersebut.