Cerita di Hari Duka Diego Maradona, 3 Petugas Pemakaman Tiba-tiba Dipecat Hingga Bentrokan Warga

27 November 2020, 10:04 WIB
Cerita di balik pemakaman mendiang Diego Armando Maradona di Argentina. /Instagram.com/@leomessi

PR BEKASI - Kepergian sang legenda, Diego Armando Maradona menjadi duka bagi banyak orang, termasuk warga Argentina.

Presiden Argentina memutuskan untuk menjadikan 3 hari setelah kepergian Diego Maradona pada Rabu, 25 November 2020 waktu setempat sebagai hari berkabung nasional. Prosesi pemakamannya pun diatur secara kenegaraan.

Ribuan orang pun berkumpul untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Diego Maradona pada Kamis, 26 November 2020.

Baca Juga: Dicecar Najwa Shihab, Fahri Hamzah Mengaku Alami Kerugian Ratusan Juta Karena Ekspor Benih Lobster 

Namun sayangnya, di hari itu, duka tambah memilukan ketika terjadi bentrokan antara polisi dan penggemar Diego Maradona di dekat istana presiden di ibu kota Argentina.

Ribuan warga berkumpul di pusat kota guna memberikan penghormatan terakhirnya. Untuk meredakan ketegangan, pemerintah akhirnya memperpanjang waktu kunjungan publik hingga pukul 19.00  waktu setempat.

Hal ini untuk memberikan ruang bagi penggemar untuk lebih banyak waktu berjalan melewati peti mati Diego Maradona, yang tertutup bendera nasional dan baju dengan nomor 10, nomor yang menjadi ciri khas Diego Maradona.

Bahkan pelatih Marseille, Andres Villas-Boas mengusulkan kepada FIFA agar memensiunkan nomor punggung 10 sebagai bentuk penghormatan kepada Diego Maradona.

Baca Juga: 11 Tahun Berlalu, Densus 88 Tangkap 'Profesor' Perakit Bom Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton 

Penggemar Sepak Bola di seluruh dunia berduka atas meninggalnya Diego Maradona, legenda di lapangan sepak bola yang dielu-elukan namun kehidupannya hancur karena kecanduan alkohol dan narkoba.

Diego Maradona meninggal dunia pada usia 60 tahun setelah mengalami serangan jantung di rumahnya pada Rabu, 25 November 2020.

“Maradona bagi saya adalah hal terbesar yang terjadi pada saya dalam hidup. Saya mencintainya seperti ayah saya dan itu seperti orang tua saya meninggal,” kata Cristian Montelli (22), seorang pendukung mantan klub bintang Boca Juniors dengan air mata berlinang setelah dia melewati peti mati yang dikutip dari Reuters

“Jika saya mati muda, mudah-mudahan di alam sana saya bisa bermain bola dan menonton pertandingan Boca dengannya,” tambah Montelli, yang memiliki tato wajah Maradona di kakinya.

Baca Juga: Refly Sebut FPI Beroposisi terhadap Pemerintahan Jokowi, Slamet: Gak Tepat, Kami Itu Mengkritik 

Di Italia, orang-orang berkumpul dengan mengikat ratusan syal biru dan putih di pagar di luar bekas klubnya Napoli. Napoli pun mengusulkan agar mengubah stadion kebanggaannya menjadi nama sang mendiang, Diego Maradona.

Sementara di Prancis, halaman depan koran olahraga L'Equipe berbunyi: berjudul "Tuhan sudah mati".

Salah satu cerita unik terjadi ketika prosesi penyemayaman Diego Maradona di rumah duka. Salah satu petugas, saat sedang menyiapkan prosesi pemakaman sang legenda, sempat melakukan swafoto atau foto selfie dengan jenazah Diego Maradona.

Dikutip dari Mirror oleh Pikiranrakyat-Bekasi.com, petugas penguburan itu pun mendadak langsung dipecat oleh pemilik rumah duka.

Baca Juga: Hasil Riset Ungkap Susi Pudjiastuti Tidak Akan Duduki Kursi Menteri KKP di Periode Kedua Jokowi 

Petugas yang tidak diketahui namanya, menurut laporan Mirror, sempat mengunggah foto selfie-nya dengan mendiang Diego Maradona yang telah terbuju kaku di peti mati sambil mengacungkan jempolnya.

Cibiran keras pun datang dari publik Argentina yang tidak ragu untuk meminta sang petugas dicopot kewarganegaraannya karena telah menghina salah satu simbol Argentina.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Mirror Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler