Bahasa Ibu Buat Persib Bandung, dari Bobotoh hingga Tukang Kebut

26 Februari 2020, 11:41 WIB
PELUNCURAN tim Persib Bandung untuk Liga 1 2020 di Ballroom Hotel Harris Festival Citilink, Jalan Peta, Selasa 25 Februari 2020.* /ARMIN ABDUL JABBAR/PR/

"BISAKAH Persib Bandung jadi duta bahasa ibu? Bisa dong."

Demikian pertanyaan retoris yang diasmpaikan Dosen Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Unpas Hawe Setiawan dalam tulisannya yang dimuat di Harian Umum Pikiran Rakyat edisi Rabu 26 Februari 2020.

Berikut ini pemaparan lengkapnnya terkait hubungan antara bahasa Sunda dengan Persib Bandung.

Kepada pembaca yang bijak lagi bestari, selamat membaca.

Potensi jadi duta

Istilah Sunda bobotoh, misalnya, kan sudah lama masuk ke Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dengan arti "sebutan untuk pendukung sepak bola".

Kalau boleh menduga-duga, popularitas istilah itu tidak dapat dilepaskan dari geliat Persib Bandung, terutama geliat para pendukungnya.

Baca Juga: Sarankan Orang Kaya Nikahi Orang Miskin, Muhadjir Effendy Masuk 9GAG

Baca Juga: Terungkap, Kenapa Kita Jarang Melihat Kunang-kunang

Jutaan orang niscaya sering mendengar julukan Maung Bandung. Dalam KBBI, arti buat istilah maung memang kurang sedap, yakni "bau yang busuk".

Akan tetapi jangan lupa, kamus yang sama juga mencatat bahwa maung adalah istilah Sunda yang berarti "harimau". Mantap, bukan?

KOREOGRAFI 3 dimensi bobotoh Persib Bandung.*

Potensi Persib Bandung buat jadi duta apa saja, tak terkecuali duta bahasa, toh terbilang besar. Bayangkan, klub sepak bola ini amat kesohor di jagat digital.

Dengan jumlah pengikut 17 juta pengguna media sosial, Maung Bandung merupakan klub sepak bola paling populer di Asia.

Di tingkat global, dalam urusan ini, klub yang dilatih oleh Rene Rene Alberts tersebut menempati urutan ke-22.

Baca Juga: Jenis Buah yang Harus Dihindari Penderita Diabetes

Hal itu didapat dari hasil survei Digital Sports Media (DSM), agen periklanan, olah raga, dan web hosting.

Baru-baru ini DSM mengumumkan rilis bertajuk, Global Football Digital Benchmark 2020. Menurut hasil survei itu, pengikut Persib Bandung dalam media sosial tersebar dalam Facebook (9 juta), Instagram (3 juta), Twitter (3 juta), WhatsApp (501.000), dan saluran lain (1.000).

Promosi bahasa

Orang Indonesia, termasuk penulis kolom ini, memang keranjingan media sosial. Alhasil, kalau penampilan Persib Bandung butut, sudah pasti timbul suara ribut, gandeng di jagat digital.

Kalau Persib Bandung tampil bagus, kebaikan pasti menjalar ke jutaan orang.

Terbayang cukup besarnya dampak yang mungkin timbul jika penampilan klub bola membawa pula kekayaan bahasa.

Peluang toh begitu lapang. Liga 1 2020 baru saja dibuka dan akan berlangsung hingga November.

BOBOTOH Persib.*

Seperti yang lazim terjadi, setiap kali Persib tampil, para pendukungnya menampilkan berbagai kamonesan, tak terkecuali kreasi visual yang tak jarang turut memperlihatkan lettering kata-kata setempat. Itulah salah satu contoh promosi bahasa.

Baiklah, kalau manajemen Persib Bandung sempat berpikir untuk ikut mempromosikan bahasa Sunda, hitung-hitung amal sosial, tinggal saling kontak saja dengan para ahli bahasa.

Begitu pula sebaliknya. Kalau para pegandrung bahasa Sunda, yang setiap bulan Februari bikin aksi, sampai melupakan potensi Persib Bandung, tentu patut disayangkan.

Hayu urang maen bal

Sekadar bahan permenungan, di sini kita dapat mengingat lagi betapa dekatnya popularitas sepak bola dengan silang-susupnya kata dalam berbagai bahasa, tak terkecuali bahasa Sunda.

Permainan sepak bola, dalam bahasa Sunda disebut maen bal, yang dalam Kamus Lembaga Bahasa jeung Sastra Sunda (LBSS) diartikan sebagai ulin atawa kaulinan make bal (permainan yang memakai bola). Adapun istilah bal, menurut Kamus LBSS, diserap dari bahasa Belanda.

Kamus Basa Sunda RA Danadibrata memakai sedikitnya 2 istilah buat permainan yang satu ini, yakni bal-balan dan maen bal.

Istilah bal-balan diartikan sebagai ulin mak bal ditalapungan, ditajongan, dihidenan jeung babaturan (main bola dengan cara dilambungkan, disepak, disundul bersama teman sepermainan).

Adapun istilah maen bola diartikan sebagai diadu kapinteran parikat-rikat ngulinkeun bal, pabisa-bisa ngasupkeun kana gul lawan di lapang bari dilalajoan (beradu keterampilan, bersaing mempermainkan bola, berlomba memasukkan bola ke gawang lawan di tanah lapang seraya ditonton).

Dalam kamus bahasa Sunda baku, misalnya Kamus LBSS atau Kamus Basa Sunda RA Danadibrata, istilah-istilah sepak bola yang diserap dari bahasa asing antara lain meliputi aut (dari out), gul (dari goal), heden, prikik atau perikik (dari free kick), dan tepri (dari referee).

Bahkan dalam Kamus RA Danadibrata ada istilah emit atau met yang dimaksudkan sebagai padanan untuk istilah Inggris match.

Istilah itu diartikan sebagai diadu maen bal antara pakumpulan ieu jeung pakumpulan itu (pertandingan sepak bola antara kesebelasan yang satu dan kesebelasan lainnya).

Istilah ini tidak ada dalam Kamus LBSS, dan tidak mustahil penuturannya tertukar dengan istilah emet yang berarti "sedikit".

Sepak bola kiranya merupakan salah satu contoh yang baik mengenai indigenisasi budaya yang diserap dari luar.

Dalam bahasa Sunda dialek Ciamis, menurut Kamus RA Danadibrata, ada istilah gapret, yakni maen bal di pakampungan, minangka balna jeruk gede nu atah keneh, keretas dibuleud-buleud, atawa hate tangkal jambe meunang ngabuleudkeun (sepak bola di perkampungan, sebagai bolanya digunakan jeruk besar yang masih mentah, kertas yang dibikin bundar atau bagian dalam batang pohon pinang yang dibikin bundar).

Tentu, tidak semua istilah sepak bola dalam bahasa Sunda merupakan serapan.

Setidaknya, dalam Kamus RA Danadibrata, kita mengenal istilah tukang kebut buat "hakim garis".

Popularitas istilah bobotoh kiranya bisa dijadikan contoh keberhasilan memperenalkan istilah setempat ke seluas jagat. Kitu panginten, Sib.***

Editor: Yusuf Wijanarko

Tags

Terkini

Terpopuler