Seperti Manusia, Simpanse yang Ditinggal Orang Tuanya Bisa Alami Depresi Berat

20 September 2020, 11:04 WIB
Ilustrasi simpanse yang mengalami depresi. /Daily Mail

PR BEKASI - Dalam laporan penelitian terbaru,  menunjukkan bahwa simpanse yang kehilangan induknya dapat mengalami depresi seumur hidupnya.

Ilmuwan yang mempelajari tingkah laku simpanse di Taman Nasional Taї, Ivory Coast, Afrika Barat,  menemukan bahwa bayi laki-laki dari simpanse yang kehilangan ibunya, mengalami tanda-tanda depresi seperti malas membuat keturunan dan kurang kompetitif saat dewasa.

Umumnya simpanse dibesarkan oleh ibunya dan tetap bersama ibunya sampai mereka memasuki fase remaja.

Baca Juga: Cek Fakta: Elite PKPI Sebut Anies Baswedan Gubernur Bodoh dan Lebih Baik Tidur daripada Urus Jakarta

Para peneliti percaya bahwa, saat tumbuh dari kecil hingga remaja, ibu mereka sedang dalam proses mengajari mereka teknik mencari makan dan keterampilan sosial lainnya yang diperlukan untuk berkembang serta bertahan hidup.

Sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Daily Mail, Minggu, 20 September 2020, sebuah tim penelitian yang terdiri dari Proyek Simpanse Taї dan jurusan Antropologi Evolusi di Institut Max Planck menyimpan catatan demografis lengkap dan mengumpulkan sampel tinja. 

Hal ini bertujuan untuk menentukan garis keturunan pada setiap simpanse dari tiga komunitas berbeda selama lebih dari 30 tahun.

Mereka menemukan bahwa anak laki-laki simpanse yang yatim piatu tetap mengalami depresi atau gagal tumbuh meskipun mereka kehilangan ibu mereka saat masih remaja.

Baca Juga: Rektor IPB Positif Covid-19, Belum Pernah Keluar dari Jabodetabek

Tim tersebut yang karya ilmiahnya telah diterbitkan di Science Advances, percaya induk simpanse mengajarkan pelajaran berharga kepada anaknya meskipun sudah memasuki fase remaja.

"Induknya mungkin sedang mengajarkan bagaimana cara mendapat makanan terbaik di fase remaja sang anak, seperti serangga, madu, dan kacang-kacangan," ucap penulis utama karya ilmiah tersebut Catherine Crockford.

Akses ke makanan yang lebih bergizi mungkin menjadi alasan mengapa simpanse dan kera besar lainnya memiliki otak yang relatif lebih besar daripada primata lainnya.

"Keturunannya secara bertahap mempelajari keterampilan ini selama masa bayi hingga remaja," kata Crockford.

Baca Juga: Masih Pra TMMD Reguler Brebes, Prasasti Mulai Dicicil

"Kami dapat berspekulasi bahwa salah satu alasan anak simpanse terus bepergian dan mencari makan bersama ibunya setiap waktu sampai mereka remaja, adalah karena sang anak akan mencontoh ibunya dan ibunya juga membantu sang anak untuk belajar," ucapnya.

Rekan penulisnya Roman Wittig berspekulasi bahwa sang ibu juga memberikan keterampilan sosial yang lebih kompleks kepada anaknya.

"Mirip dengan manusia, simpanse hidup dalam dunia sosial yang kompleks, seperti persekutuan dan persaingan. Mungkin saja mereka belajar dengan memperhatikan ibu mereka, kapan membangun aliansi,  kapan harus bertarung," ucap Roman.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Daily Mail

Tags

Terkini

Terpopuler