Bikin Hati Bergetar! Ini Pidato Presiden Soekarno Peringati Maulid Nabi Muhammad SAW

28 Oktober 2020, 19:00 WIB
Presiden pertama Indonesia Soekarno yang sedang memberikan pidato. /Istimewa

PR BEKASI - Setiap tanggal 12 Rabiul Awal, seluruh umat Islam memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW atau biasa disebut dengan Maulid Nabi.

Untuk tahun 2020 ini, Maulid Nabi jatuh pada Kamis, 29 Oktober 2020.

Sebagai negara dengan mayoritas muslim, Maulid Nabi sudah sejak dulu diperingati di Indonesia.

Baca Juga: Sambut Libur Panjang Akhir Oktober, Pemkot Bekasi Keluarkan Sejumlah Imbauan

Bahkan sejak presiden pertama Indonesia Soekarno berkuasa, dia pernah menyampaikan pidato memperingati Maulid Nabi yang begitu menyentuh hati dan membuat bulu kuduk bergetar.

Bagi umat Islam, peringatan Maulid Nabi biasa bertujuan untuk mengenang perjuangan Rasulullah SAW dalam membawa ajaran Tuhan semesta alam, Allah SWT.

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari kanal YouTube Rumah Kebangsaan Pancasila, dalam pidatonya, Soekarno mengingatkan bahwa di setiap masa pasti ada pemimpin besarnya masing-masing.

Baca Juga: KLHK Pastikan Pembangunan Sarana Prasarana di TN Komodo dengan Menggunakan Protokol Ketat

"Tadi tidak ada satu bangsa yang besar, yang tidak mempunyai orang besar. Seluruh sejarah manusia. Coba saudara, petani, sejarah manusia itu. Kurun ribuan tahun sebelum kita, sampai sekarang. Di perjalanan umat sejarah manusia, kita menjumpai orang-orang besar," kata Soekarno.

Soekarno menyatakan bahwa ajaran Islam sangat mudah dan masuk akal untuk diterima oleh manusia.

"Islam adalah agama yang menuju kepada otak. Islam adalah agama yang menuju hati dari otak. Segala ajaran Islam bisa diterima oleh hati kita dan bisa diterima oleh otak," ucap Soekarno dengan suara lantangnya sambil mengangkat tangannya sebgai simbol semangat.

Baca Juga: Test Pack Positif tapi Belum Hamil, Gilang Dirga Beri Penjelasan Tentang Kondisi Sang Istri

"Di dalam sejarah umat manusia,selalu. Saudara-saudara manusia itu ada yang mimpin, Rasul-Rasul. Pasti selalu ada perantara antara ajaran. Masuk akal bila kita percaya ada Rasul-Rasul. Padahal kita tidak pernah melihat Muhammad. Enggak pernah kita melihat Musa. Enggak pernah kita melihat Sulaiman. Enggak pernah melihat Isa," ucapnya menambahkan.

Memperingati Maulid Nabi bagi Soekarno bukan hanya sekedar merayakan hari lahir Rasullulah SAW semata. Melainkan ajaran yang dibawanya dan perjuangan yang dilaluinya di masa lalu.

"Kita sekarang ini merayakan Maulud, Maulud Nabi. Apa sebenarnya yang kita rayakan? Bukan sekadar Muhammad-nya. Bukan sekadar dia itu dulu Nabi, tidak. Yang kita rayakan sebenarnya ialah ajaran, konsepsi, agama yang ia berikan kepada umat," ucap Soekarno.

Baca Juga: Cek Fakta: Cacing Pra-Sejarah Berusia Puluhan Ribu Tahun Dikabarkan Berhasil Dihidupkan Kembali

"Oleh karena itu kita berkata, jikalau benar-benar engkau cinta Muhammad. Jikalau engkau benar-benar merayakan Maulud Muhammad bin Abdullah, jikalau engkau benar-benar merayakan. Kerjakanlah apa yang ia perintahkan, kerjakanlah apa yang agama ia bawa," tutur Soekarno.

Dengan suara lantang, Soekarno terlihat ingin membangkitkan semangat rakyat dan tamu yang hadir kala itu, mengajak menyelaraskan antara ajaran Islam dengan dasar kenegaraan demi mencapai kemenangan bersama.

"Saudara-saudara, mari berjalan terus. Berjalan terus di atas dasar-dasar kenegaraan kita. Berjalan terus sebagai umat Islam, di atas dasar-dasar ajaran agama Islam. Berjalan terus dan memang telah dijanjikan oleh Tuhan, janji lho, janji, janji oleh Tuhan pada kita," ujar Soekarno.

Baca Juga: Bioskop di Bekasi Mulai Dibuka Hari Ini, Rahmat Effendi: Semua Pelaku Usaha Harus Taati Prokes

"Jikalau kita berjuang benar-benar di atas dasar agama, kita akan menang," ucapnya menambahkan.

Soekarno menyatakan, setiap manusia harus siap dihantam dengan getirnya kehidupan, bila ingin sukses.

"Kita ingin menjadi satu bangsa yang seperti tiap hari digembleng oleh keadaan. Digembleng hampir hancur lebur, bangun kembali. Hanya dengan jalan demikianlah kita bisa menjadi satu bangsa yang benar-benar bangsa otot kawat balung wesi. Ora tedas tapak paluning pandhe (kebal senjata tajam)," kata Soekarno dengan sangat antusias.

Baca Juga: Pemerintah Cenderung Berbuat Otoriter, Refly Harun: Lawan-lawan Politik Dibungkam Pasal Karet UU ITE

Serta menghargai dan mensyukuri segala cobaan hidup. Supaya menjadi pribadi Islam yang kuat.

"Apalagi? Ora tedas sisaning gurindo (tidak takut ancaman). Hanya jikalau kita mengerti dialektik daripada perjuangan. Jikalau engkau umat Islam yang sejati, engkau harus senang, senang, senang selalu digembleng. Senang karena selalu up and down," tuturnya.***

Editor: Puji Fauziah

Tags

Terkini

Terpopuler