Besok Maulid Nabi Muhammad SAW, Begini Sejarah Singkat dan Hukum Memperingatinya

- 28 Oktober 2020, 16:14 WIB
Kaligrafi Nabi Muhammad SAW.
Kaligrafi Nabi Muhammad SAW. /pixabay

PR BEKASI - Umat Islam memperingati Maulid Nabi atau hari kelahiran Nabi Muhammad SAW setiap tanggal 12 Rabiul Awal yang kali ini bertepatan pada hari Kamis, 29 Oktober 2020. 

Nabi Muhammad lahir pada hari Senin, tanggal 12 Rabi'ul Awal, tahun gajah. Dengan ibu yang bernama Aminah dan ayah bernama Abdullah.

Sejarah Maulid Nabi merupakan perjalanan penting dalam kehidupan Rasulullah dan juga agama Islam. 

Baca Juga: Tampilkan Adegan Syur di Foto Profil, Instagram Kecamatan Rawalumbu Bekasi Diretas

Momen kelahiran Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabiul Awwal diperingati oleh Muslim di seluruh dunia dengan perayaan Maulid. 

Tak terkecuali di Indonesia, peringatan Maulid Nabi SAW dilakukan dengan berbagai ekspresi.

Masyarakat Jawa, misalnya, merayakan Maulid dengan membaca manakib Nabi Muhammad dalam Kitab Maulid Barzanji, Maulid Simtud Dhurar, Diba’, Saroful Anam, Burdah, dan lain-lain.

Baca Juga: PPP Bajak Sandiaga Uno dari Gerindra, Pengamat Sebut Bukan Karena Krisis Kader Apalagi Finansial

Sementara itu, perayaan Maulid Nabi untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW menurut catatan Ahmad Tsauri dalam Sejarah Maulid Nabi (2015) menjelaskan bahwa perayaan Maulid Nabi sudah dilakukan oleh masyarakat Muslim sejak tahun kedua hijriah. 

Dalam catatan tersebut merujuk pada Nuruddin Ali dalam kitabnya Wafa’ul Wafa bi Akhbar Darul Mustafa. 

Dijelaskan juga bahwa seorang bernama Khaizuran (170 H/786 M) yang merupakan ibu dari amirul mukminin Musa al-Hadi dan al-Rasyid datang ke Madinah dan memerintahkan penduduk mengadakan perayaan kelahiran Nabi Muhammad di Masjid Nabawi.

Baca Juga: Cek Fakta: Timses Gibran Rakabuming Dikabarkan Aniaya Seorang Wanita dan Menyekapnya di Hotel

Dari Madinah, Khaizuran juga menyambangi Makkah dan melakukan perintah yang sama kepada penduduk Makkah untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad. 

Jika di Madinah bertempat di masjid, Khaizuran memerintahkan kepada penduduk Makkah untuk merayakan Maulid di rumah-rumah mereka. 

Khaizuran merupakan sosok berpengaruh selama masa pemerintahan tiga khalifah Dinasti Abbasiyah, yaitu pada masa Khalifah al-Mahdi bin Mansur al-Abbas (suami), Khalifah al-Hadi dan Khalifah al-Rasyid (putra). 

Baca Juga: Cek Fakta: Habib Rizieq Shihab Dikabarkan Jadi Tukang Pencuci Piring di Arab Saudi

Karena pengaruh besarnya tersebut, Khaizuran mampu menggerakkan masyarakat Muslim di Arab. Hal ini dilakukan agar teladan, ajaran, dan kepemimpinan mulia Nabi Muhammad bisa terus menginspirasi warga Arab dan umat Islam pada umumnya.

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari berbagai sumber, untuk hukum memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW boleh dan tidak termasuk bid’ah dhalalah (mengada-ada yang buruk) tetapi bid’ah hasanah (sesuatu yang baik). 

Kebolehan memperingati Maulid Nabi memiliki argumentasi syar’i yang kuat. Seperti Rasulullah SAW merayakan kelahiran dan penerimaan wahyunya dengan cara berpuasa setiap hari kelahirannya, yaitu setiap hari senin Nabi SAW berpuasa untuk mensyukuri kelahiran dan awal penerimaan wahyunya.

Baca Juga: Diundang Makan Siang dengan Cawalkot Surabaya, Pengamat: Ada Indikasi Risma Menyalahgunakan Wewenang

Umat muslim juga dianjurkan untuk bergembira atas rahmat dan karunia Allah SWT termasuk kelahiran Nabi Muhammad SAW. Yang membawa rahmat kepada alam semesta. 

Untuk menjaga agar perayaan maulid Nabi SAW tidak melenceng dari aturan agama yang benar, sebaiknya perlu diikuti etika-etika berikut:

1. Mengisi dengan bacaan-bacaan shalawat kepada Rasulullah SAW.

Baca Juga: Khawatir Jadi Polemik, Waketum Gerindra Sarankan Jokowi Beli Sepeda Lipat Pemberian Daniel Mananta

2. Berdzikir dan meningkatkan ibadah kepada Allah SWT.

3. Membaca sejarah Rasulullah saw. dan menceritakan kebaikan-kebaikan dan keutamaan-keutamaan beliau.

4. Memberi sedekah kepada yang membutuhkan atau fakir miskin.

Baca Juga: Kantor Anies Baswedan 'Diserang' Perempuan Misterius, Sempat Teriak 'Saya Akan Bakar Gedung Ini'

5. Meningkatkan silaturrahim.

6. Menunjukkan rasa gembira dan bahagia dengan merasakan senantiasa kehadiran Rasulullah saw. di tengah-tengah kita.

7. Mengadakan pengajian atau majlis ta’lim yang berisi anjuran untuk kebaikan dan mensuritauladani Rasulullah saw.***

Editor: Puji Fauziah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x