UNESCO Peringatkan Disinfomedic Jadi Tantangan Jurnalisme Online di Indonesia

- 16 Mei 2020, 16:30 WIB
ILUSTRASI jurnalis.*
ILUSTRASI jurnalis.* /The Guardian/

Data tersebut berdasarkan catatan Tim AIS Direktorat Pengendalian Ditjen Aptika.

“Kominfo telah menangani, mendeteksi dan mengidentifikasi sebaran isu hoaks. Bahkan per hari ini sudah lebih banyak lagi. Data per hari ini menunjukkan 1.471 sebaran isu hoaks ditemukan di empat platform. Sebanyak 1.116 konten masih perlu ditandaklanjuti dan 455 sedang dalam proses,” tutur Johnny.

Sementara secara global, Menteri Kominfo mengutip laporan dari UNESCO yang menyebutkan bahwa sudah ada 112 juta konten hoaks terkait COVID-19 di media sosial.

Baca Juga: Tradisi Tembakan Meriam Sebagai Tanda Berbuka Puasa di Mesir

“40 persen berasal dari sumber yang tidak reliabel. Dan terdapat hampir 42 persen dari 178 juta Tweet yang berkaitan dengan pandemi Covid-19 di dunia diproduksi oleh bot yang tak bisa diandalkan," ucapnya.

Lebih lanjut pihaknya mengungkapkan, saat ini jurnalisme online telah menjadi peluang untuk membuka praktik media online yang bermasalah dalam memberi informasi terkait situasi pandemi COVID-19.

Model bisnis demikian, digunakan untuk menangkap dan mempertahankan perhatian pengguna atau user.

Baca Juga: Internasional Longgarkan Kebijakan Pembatasan Sosial, Harga Minyak Dunia Kembali Naik

“Target traffic yang tinggi detik per detik seringkali juga mengabaikan persoalan etika,” imbuhnya.

Melihat kondisi tersebut, Johnny menyatakan ada empat langkah kesepakatan yang dirumuskan bersama Google, Facebook, Microsoft, Reddit, LinkedIn, Twitter, dan YouTube pada 26 Maret yang lalu.

Halaman:

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Kominfo


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah