Cek Fakta: Tempo Dikabarkan Berhasil Ungkap Data Kematian Akibat Vaksin Sinovac yang Disembunyikan

- 25 Januari 2021, 19:37 WIB
Petugas medis memperlihatkan vaksin Covid-19 Sinovac untuk diberikan kepada tenaga kesehatan Puskesmas Ulee Kareng di Banda Aceh. /ANTARA FOTO/Irwansyah Putra
Petugas medis memperlihatkan vaksin Covid-19 Sinovac untuk diberikan kepada tenaga kesehatan Puskesmas Ulee Kareng di Banda Aceh. /ANTARA FOTO/Irwansyah Putra /

PR BEKASI - Baru-baru ini beredar narasi di media sosial yang mengklaim media berita Tempo ungkap data kematian akibat vaksin Sinovac yang disembunyikan.

Namun berdasarkan penelusuran fakta yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Kominfo, Senin, 25 Januari 2021, narasi yang mengeklaim Tempo ungkap data kematian akibat vaksin Sinovac yang disembunyikan adalah keliru atau hoaks.

Narasi tersebut beredar di media sosial Facebook dan diunggah oleh pemilik akun Facebook Uni Ndun dengan narasi lengkap sebagai berikut:

Baca Juga: Malah Dapat Ayam Hidup, Ribuan KPM Bantuan Sembako Kemensos di Cianjur Keheranan

"Berita terbaru hari ini, data kematian akibat vaksin Sinovac disembunyikan, Tempo ungkap faktanya"

Dalam foto yang diunggahnya, terdapat narasi lain yang juga menyebutkan bahwa vaksin Covid-19 Sinovac tidak memiliki izin Emergency Use Authorization (EUA).

Tangkapan layar soal Tempo yang dikabarkan ungkap data kematian akibat vaksin Sinovac yang disembunyikan. /Facebook Uni Ndun
Tangkapan layar soal Tempo yang dikabarkan ungkap data kematian akibat vaksin Sinovac yang disembunyikan. /Facebook Uni Ndun

Baca Juga: Keluarga Syekh Ali Jaber Ungkap Alasan Tidak Akan Gelar Tahlilan, Ternyata Karena Ini

Faktanya, hingga saat ini, berita soal data kematian akibat vaksin Sinovac yang disembunyikan belum dapat kami temukan.

Namun, jika dilakukan penelusuran melalui Google Search dengan memasukkan kata kunci "data kematian vaksin Sinovac", hasilnya adalah berita tentang pernyataan Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).

Komnas KIPI menyampaikan, sepekan usai penyuntikkan perdana yang melibatkan Presiden Joko Widodo alias Jokowi, mereka belum menemukan efek samping serius yang terjadi usai vaksinasi Covid-19.

Baca Juga: Budiman Sudjatmiko Jadi Komisaris Independen PTPN, Dandhy Laksono: Sungguh 'Kotoran Gigi'

Hingga 19 Januari 2021, Komnas KIPI diketahui telah menerima sebanyak 28 laporan kasus efek samping akibat penyuntikkan vaksin Covid-19 produksi China tersebut.

Ketua Komnas KIPI, Hindra Irawan Satari menjelaskan, sebagian besar efek samping dari vaksin Covid-19 yang telah dilaporkan masih dalam tahap yang dapat disembuhkan.

"Jadi pegal, nyeri tempat suntikan, kemerahan, lemas, demam, mual, perubahan nafsu makan, semua menunjukkan gejala yang sebagian besar tidak perlu pengobatan, ada yang diberi obat, ada yang diobservasi," ucapnya. dalam dialog virtual yang disiarkan di Youtube FMB9ID_IKP.

Baca Juga: Jonathan Christie Masuk dalam Rombongan yang Pulang Duluan Ke Tanah Air

"Namun Alhamdulillah, mereka semua berakhir dengan happy ending, sehat. Kemudian sampai saat ini kami pantau aman," sambungnya.

Dia menyampaikan, tubuh manusia memang pada awalnya akan mengenali vaksin sebagai sebuah benda asing dan reaksi yang ditimbulkan masing-masing orang pun akan berbeda-beda di tahap ini.

Kendati begitu, sejumlah efek samping vaksin Sinovac sebelumnya juga telah dilaporkan dan tercatat dalam uji klinis di Bandung serta dalam beberapa jurnal.

Baca Juga: Respons Ujaran Rasis terhadap Natalius Pigai, Veronica Koman: Rasis Beneran Dibiarkan

"Semua bersifat ringan dan sesuai dengan yang dilaporkan di jurnal-jurnal dan tempat lain, dan semua sehat, tidak ada yang memerlukan perhatian khusus sampai saat ini," ujar Hindra.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga telah menyebutkan bahwa efek samping vaksin Sinovac yang sering terjadi antara lain yakni, nyeri, iritasi, pembengkakkan, serta efek samping sistem seperti nyeri otot, kelelahan, dan demam.

Sementara frekuensi efek samping vaksin corona yang tergolong berat seperti sakit kepala, gangguan kulit, dan diare hanya terjadi sekitar 0,1 hingga 1 persen.

Baca Juga: Konflik Harta Warisan Sempat Memanas, Rizky Febian Sebut Sudah Berakhir: Kalau Ada Haknya, Aku Kasih

BPOM juga telah menyampaikan bahwa efek samping tersebut tidak berbahaya dan dapat pulih kembali.

Bicara soal angka kematian akibat vaksin Covid-19, kabar kurang menyenangkan juga datang dari salah satu negara di Semenanjung Skandinavia.

Hingga detik ini di Norwegia, setidaknya kini ada 29 warganya yang telah meninggal dunia dalam waktu singkat usai menerima dosis pertama vaksin Covid-19.

Baca Juga: Cek Fakta: Beredar Foto Sepatu Merek Jepang Gunakan Lafaz Allah sebagai Alas Sepatu, Simak Faktanya

Jumlah kematian ini meningkat dari data sebelumnya sebanyak 23 orang.

Penambahan korban jiwa akibat vaksin Covid-19 ini tentu membuat pemerintah Norwegia semakin khawatir atas faktor keamanan vaksin Pfizer-BioNTech yang mereka gunakan.

Salah satu faktor yang dikhawatirkannya adalah reaksi vaksin Pfizer yang ditimbulkan jika disuntikkan kepada warga lanjut usia (lansia).

Baca Juga: Tak Pikirkan Hinaan Terhadap Dirinya, Natalius Pigai Nyanyikan Lagu Sumatra Utara dengan Penyanyi Kafe

Penambahan enam orang korban vaksin Covid-19 ini menunjukkan bahwa kelompok usia yang terdampak yakni berkisar di antara 75 hingga 80 tahun.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Kominfo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x