Dolar dan Optimisme Investor Melemah, Harga Emas Malah Bangkit

19 September 2020, 08:43 WIB
Ilustrasi emas. /PIXABAY/Linda Hamilton

PR BEKASI – Harga emas berjangka rebound dari penurunan sehari sebelumnya pada akhir perdagangan Jumat, 18 September 2020 atau Sabtu, 19 September 2020 pagi Waktu Indnesia Bagian Barat (WIB).

Dikutip oleh Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara pada Sabtu, 19 September 2020, pemicu bangkitnya harga emas berjangka karena dolar Amerika Serikat (AS) melemah dan optimisme investor untuk pemulihan ekonomi dari krisis virus Corona meredup setelah angka ekonomi negatif.

Sementara kontrak emas paling efektif untuk pengiriman Desember di divisi COMEX New York Mercantile Exchange, terangkat 12.2 dolar AS atau 0.63 persen.

Diketahui, menjadi ditutup pada 1.962,10 dolar AS per ons.

Baca Juga: Lowongan Kerja Alfamart Bekasi, Simak Syarat dan Cara Daftarnya Khusus Disabilitas 

Sehari sebelumnya, pada Kamis, 17 September 2020, emas berjangka anjlok 20.6 dolar AS atau 1.05 persen menjadi 1.949,9 dolar AS per ounce.

Dikabarkan pada Rabu, 16 September 2020. Emas berjangka naik 4.3 dolar AS atau 0.22 persen menjadi 1.970,5 dolar AS.

Selain itu, juga naik 2.5 dolar AS atau 0.13 persen menjadi 1.966,2 dolar AS pada Selasa, 15 September 2002.

Pada Senin, 14 September 2002, setelah terangkat 15.8 dolar AS atau 0.81 persen menjadi 1.963,70 dolar AS.

“Kami melihat dolar sedikit lebih lemah. Harga emas seharusnya lebih baik karena dolar akan terus melemah,” kata Edward Meir, seorang analis di ED&F Man Capital Markets.

Baca Juga: Lepas Paksa Jilbabnya, Wanita Ini Gugat 6 Petugas Polisi karena Lakukan Diskriminasi 

Dikabarkan bahwa jalur dengan resistensi terendah menuju atas karena The Fed.

Semua stimulus datang dari bank-bank sentral global, juga lebuh banyak stimulus fiskal jika ada kesepakatan di Washington.

Semua penarik menunjuk ke arah harga yang lebih tinggi.

Dolar turun 0.1 persen terhadap saingannya, membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

Sebuah laporan yang dirilis pada Jumat, 18 September 2020 oleh Conference Board yang berbasis di AS menunjukkan bahwa indeks ekonomi terkemuka naik sebesar 1.2 persen pada Agustus lalu.

Baca Juga: Tito Karnavian Disebut Positif Covid-19 Usai Interaksi dengan Ketua KPU, Kemendagri Beri Penjelasan 

Hal tersebut dinilai lebih buruk dari yang diperkirakan dan lebih rendah dari kenaikan 0.2 persen yang direvisi pada Juli.

Analis pasar berpendapat bahwa hal tersebut adalah sinyal bahwa rebound ekonomi melambat di AS.

Federal Reserve AS berjanji pada Rabu, 16 September 2020 akan mempertahankan suku bungan mendekati nol untuk waktu yang lama.

Sementara AS mempertimbangkan rancangan Undang-undang bantuan virus Corona senilai 1.5 triliun dolar AS.

Baca Juga: Pelaku Lulusan PTN Ternama, Berikut 7 Fakta Baru Mutilasi di Apartemen Kalibata City 

Suku bunga yang lebih rendah, mengurangi peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbalan hasil, dan langkah-langkah stimulus yang meluas, telah membantu emas melonjak sekitar 28 persen tahun ini.

Kondisi ini dipandang sebagai cara untuk melindung nilai terhadap inflasi.

“Kami yakin keseimbangan risiko-risiko tetap naik untuk emas dan memperkirakan harga mencapai rata-rata 2.000 dolar AS per ons pada kuartal keempat 2020 dan 2.125 dolar AS tahun depan,” kata analis Standard Chartered Suki Cooper.

“Membatasi koreksi jangka pendek, imbalan hasil riil negatif dan dolar yang lebih lemah, di samping stimulus yang belum pernah terjadi sebelumnya, menciptakan lingkungan makro yang menguntungkan untuk emas dan kemungkinan akan menjadi pendorong utama selama beberapa bulan mendatang,” ungkapnya.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler