Investasi Manufaktur Capai Rp 216 Triliun, Kemenperin: Indonesia Ramah kepada Investor

- 3 Februari 2020, 19:34 WIB
PEKERJA merakit mesin mobil di Pabrik Mobil Esemka, Sambi, Boyolali, Jawa Tengah, Jumat, 6 September 2019. Pada tahapan pertama pabrik mobil Esemka PT Solo Manufaktur Kreasi telah menyerap tenaga kerja sebanyak 300 pekerja lulusan SMK hingga D3.*/ANTARA
PEKERJA merakit mesin mobil di Pabrik Mobil Esemka, Sambi, Boyolali, Jawa Tengah, Jumat, 6 September 2019. Pada tahapan pertama pabrik mobil Esemka PT Solo Manufaktur Kreasi telah menyerap tenaga kerja sebanyak 300 pekerja lulusan SMK hingga D3.*/ANTARA /

PIKIRAN RAKYAT - Saat ini, pemerintah sedang fokus mengerek nilai investasi guna memperkuat struktur perekonomian nasional.

Salah satu sektor yang berperan penting adalah industri manufaktur, lantaran pertumbuhannya akan meningkatkan penerimaan devisa dan menciptakan lapangan kerja.

“Bapak Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa pembangunan sektor industri khususnya manufaktur merupakan hal yang sangat penting bagi sebuah negara," ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita seperti dikutip oleh Bekasi.Pikiran-Rakyat.com dari situs resmi Kemenperin Senin, 3 Februari 2020.

Baca Juga: Babak Baru Virus Corona: 17.459 Kasus, Krisis Masker, dan Pengembangan Vaksin Pengobatan

"Sebab, beliau memang seorang industrialis, sehingga mengetahui betul kebutuhan atau kendala para pelaku industri,” katanya. 

Agus menjelaskan, sesuai arahan Presiden Jokowi setiap rupiah yang dikeluarkan, baik itu melalui investasi maupun sumber lain, tujuannya adalah untuk menciptakan lapangan kerja.

“Jadi, yang perlu dilakukan saat ini adalah membawa investasi sebesar-besarnya,” terangnya.

Baca Juga: Dampak Virus Corona, Kemendag Hentikan Sementara Impor dari Tiongkok

Lebih lanjut, setiap kebijakan strategis pemerintah terutama yang berkaitan dengan upaya memacu pertumbuhan ekonomi, harus berimbas pada penciptaan iklim usaha yang kondusif.

Langkah ini diyakini dapat meningkatkan kepercayaan para investor yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia.

“Apalagi, Indonesia masih menjadi negara tujuan utama bagi para investor, hal ini merupakan hasil dari pertemuan kami dengan perusahaan-perusahaan skala global," jelasnya.

Baca Juga: Update Terbaru Virus Corona: 361 Orang Tewas, 2.829 Positif Terjangkit

Selain itu, respons mereka sangat positif terhadap komitmen Pemerintah Indonesia dan kebijakannya yang ramah kepada investor,” papar Agus.

Oleh karena itu, langkah konkret yang perlu terus dijalankan, antara lain mempermudah izin usaha, perbaikan kebijakan yang memengaruhi rantai pasokan (supply chain) nasional dan global, harmonisasi kebijakan pemerintah pusat dan daerah, serta membenahi regulasi yang bisa menggaet investasi sektor padat karya.

“Contohnya adalah dengan penerbitan omnibus law tentang perpajakan dan cipta lapangan kerja, kami optimistis akan dapat menarik investasi. Bahkan, adanya pemberian fasilitas insentif fiskal berupa super tax deduction, menjadi sweetener bagi calon investor,” imbuhnya.

Baca Juga: Selain Pulangkan 132 Orang, Malaysia akan Kirim Bantuan Lewat Maskapai Air Asia ke Wuhan

Agus menegaskan, pihaknya bertekad untuk mengatrol nilai investasi nasional, dengan turut aktif mengajak dan mengawal sejumlah pelaku industri potensial agar segera merealisasikan investasinya di Indonesia.

Hal ini bakal dapat mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi, menurunkan defisit transaksi berjalan, memperkuat struktur industri manufaktur dalam negeri, mendorong hilirisasi, menghasilkan produk substitusi impor, meningkatkan nilai ekspor, dan mengurangi angka pengangguran.

“Sesuai implementasi roadmap Making Indonesia 4.0, kami memprioritaskan pada lima sektor, yaitu industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri otomotif, industri elektronik, serta industri kimia,” sebutnya.

Baca Juga: Wanita Paruh Baya 55 Tahun Ditemukan Tewas di Cikarang Barat

Dikutip oleh Bekasi.Pikiran-Rakyat.com dari situs resmi Kementerian Perindustrian, berdasarkan catatan Kemenperin, sepanjang tahun 2019 industri manufaktur mampu memberikan kontribusi yang cukup signfikan terhadap capaian nilai investasi nasional.

Ini terlihat dari sumbangsih Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sektor industri sebesar Rp 72,7 triliun atau 18,8 persen dari perolehan total PMDN yang berada di angka Rp 386,5 triliun.

Sementara itu, penanaman modal asing (PMA) di sektor industri menyentuh Rp143,3 triliun atau 33,8 persen dari perolehan total PMA yang mencapai Rp 423,1 triliun.

Baca Juga: ETLE untuk Sepeda Motor Mulai Diberlakukan, 167 Pelanggar Lalin Terdeteksi

Jadi, secara keseluruhan, sektor industri menggelontorkan dana hingga Rp 216 triliun atau berkontribusi 26,7 persen dari total realisasi investasi di Indonesia senilai Rp 809,6 triliun pada tahun lalu.

Adapun lima sektor manufaktur yang menyumbang nilai investasi paling besar pada tahun 2019, yaitu industri logam dasar dengan capaian Rp58,3 triliun.

Kemudian diikuti industri makanan dan minuman Rp54 triliun, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia Rp23,5 triliun, industri barang galian bukan logam Rp10,7 triliun, serta industri kertas dan barang dari kertas Rp8,9 triliun.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Kemenperin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x