DPR Soroti Harga Gula Pasir yang Masih Tinggi, Dinilai Sangat Memberatkan Masyarakat

- 17 Mei 2020, 17:00 WIB
Ilustrasi Gula Pasir.*
Ilustrasi Gula Pasir.* /pixabay.com/

PIKIRAN RAKYAT - Sejak beberapa waktu lalu hingga saat ini harga gula pasir masih melambung tinggi, banyak masyarakat yang masih mengeluhkan kenaikan harga tersebut.

Bahkan bukan hanya itu stok gula pasir di beberapa daerah juga sempat mengalami kelangkaan.

Anggota Komisi VI DPR RI yang membidangi masalah perdagangan Mufti Anam, menyoroti harga gula pasir yang tak kunjung turun.

Baca Juga: Kehadiran Spiderman di Indonesia Jadi Sorotan Media Asing, Meminta Warga untuk di Rumah Saja

Menurutnya harga gula di pasaran masih jauh di atas harga eceran yang ditetapkan pemerintah yakni sebesar Rp 12.500 per kilogram (kg).

”Kementerian Perdagangan, khususnya Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, bagaimana ini kerjanya? Harga kok enggak turun-turun? Bahkan kemarin-kemarin awet Rp 17.500 per kilogram. Ini memberatkan masyarakat,” ujar Mufti dikutip Pikiranrakyat-bekasi.com dari Antara.

Pihaknya bahkan telah melakukan pengecekan ke berbagai pasar tradisional, seperti di daerah Pasuruan dan Probolinggo.

Baca Juga: Cek Fakta: Dikabarkan WHO Resmi Nyatakan Virus Corona Dapat Menyebar Melalui Udara, Simak Faktanya

Harga gula pasir di pasar tersebut masih tembus kisaran Rp 16.500 per kilogram dan di pasar modern Rp 15.000 per kg-nya.

Sementara itu, berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional per 16 Mei 2020 harga gula pasir memang masih tinggi.

Di Jawa Timur rata-rata harga gula pasir tembus Rp 16.350 per kg untuk pasar tradisional atau sekitar 30 persen lebih tinggi dari harga acuan tingkat konsumen.

Baca Juga: Cek Fakta: Gara-gara PSBB Seorang Pria Dikabarkan Bertelur, Tanda Kiamat Sudah Dekat, Simak Faktanya

Sedangkan di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan sejumlah provinsi lain, bahkan tembus dengan harga Rp 17.000 per kg.

”Kita bisa hitung berapa keuntungan yang diambil oleh para pemain gula, justru di saat masyarakat kesulitan ekonomi,” tutur Mufti.

Lebih lanjut Mufti menyoroti dua penyebab harga gula terus melambung tinggi sejak awal tahun.

Baca Juga: Sekolah Diliburkan, Konsultasi Kehamilan Remaja di Jepang Justru Meningkat Selama Pandemi

Pertama, tidak ada analisis manajemen stok yang baik dari Ditjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang mempunyai tugas stabilisasi harga barang kebutuhan pokok.

”Akibat analisis stok yang tidak cermat, pemegang kebijakan lamban mencari solusi. Saat stok tidak ada, baru bingung. Harga sudah kelewat naik, baru lakukan langkah A, B, C, termasuk impor. Hal yang sama juga terjadi pada komoditas bawang,” imbuhnya.

Faktor kedua harga gula tinggi adalah lemahnya pengawasan distribusi gula pasir.

Baca Juga: Kasus Pertama Kalinya, Anjing Bulldog Positif Virus Corona

"Impor gula sudah mulai dilakukan, gula rafinasi juga direalokasi untuk pasar konsumsi, tapi kenapa harga di pasar masih tinggi? Itu jadi bukti lemahnya pengawasan distribusi bahan pokok. Ini siapa yang bermain di rantai distribusinya? Kenapa Kemendag diam?," kata Mufti.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x