Kabar Baik, Tiga Hari Berturut-turut Harga Emas Turun Akibat Pelemahan Dolar

- 11 September 2020, 07:24 WIB
Ilustrasi harga emas dunia.
Ilustrasi harga emas dunia. /Pegadaian

PR BEKASI – Harga emas untuk hari ketiga mengalami penguatan berturut-turut pada akhir perdagangan Kamis atau Jumat, 11 September 2020, pagi WIB.

Hal tersebut terjadi karena melemahnya dolar AS setelah Bank Sentral Eropa (ECB) mempertahankan kebijakannya. Selain itu, klaim pengangguran AS juga bertahan pada level tinggi sehingga meredupkan harapan pemulihan ekonomi secara cepat dari dampak Covid-19.

Dilansir Pikiranrakyat-Bekasi.com dari ANTARA, kontrak emas paling aktif di divisi COMEX New York Mercantile Exchange untuk pengiriman Desember naik 9.4 dolar AS (Rp139.718) atau 0.8 persen, menjadi ditutup pada 1.964.30 dolar AS (Rp29.196.687) per ons.

Baca Juga: Update Harga Emas Jumat 11 September 2020, Harga Emas Antam Tembus Rp1.069.000

Sehari sebelumnya, pada Rabu, emas berjangka terangkat 11.7 dolar AS (Rp173.904) atau 0.6 persen menjadi 1.954.9 dolar AS (Rp29.056.968).

Emas berjangka juga mengalami kenaikan 8.9 dolar AS (Rp132.286) atau 0.46 persen menjadi 1.943.2 dolar AS (Rp28.883.064) pada Selasa, sedangkan pada Senin stabil di 1.933.60 dolar AS (Rp28.740.372) karena pasar AS tutup untuk Hari Buruh.

Setelah pada Jumat lalu, harga emas berjangka mengalami penurunan 3.5 dolar AS (Rp52.022) atau 0.18 persen menjadi 1.934.30 dolar AS (Rp28.750.777).

“ECB benar-benar tidak mengubah kebijakannya, jadi kami melihat dolar AS jatuh di sini. Hal itu positif untuk emas,” ucap Bart Melek, seorang kepala strategis komoditas di TD Securities.

Baca Juga: Jauh-jauh dari Riau, Respons Polisi Mengejutkan Usai Seorang Pria Akui Jadi Pembunuh Yodi Prabowo

Dolar melemah sebesar 0.1 persen, hal tersebut membuat emas menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya karena euro naik setelah Presiden ECB Christine Lagarde mengatakan pihaknya mengawasi nilai tukar dengan cermat.

Klaim pengangguran mingguan di Amerika Serikat juga melayang di level tinggi pada minggu lalu. Hal tersebut menunjukkan pemulihan pasar tenaga kerja yang melambat.

Bart Melek mengatakan bahwa pemulihan tidak terjadi secepat yang diharapkan.

“Ada kekhawatiran tentang gelombang kedua virus, pasar-pasar komoditas seperti minyak, menunjukkan bahwa mungkin pertumbuhan melambat dan semua kebijakan moneter akan melonggar,” katanya.

Baca Juga: Diminta Terapkan Juga PSBB Skala Mikro, Pengamat: New Normal Pemerintah Adalah Malapetaka!

Pertemuan kebijakan Federal Reserve AS berikutnya akan digelar pada 15 sampai 16 September mendatang.

Sementara itu, Senat Amerika Serikat memblokir RUU Partai Republik yang akan memberikan sekitar 300 miliar dolar AS sebagai bantuan baru virus corona  karena Demokrat mendorong lebih banyak dana.

“Kami akan mendapatkan stimulus ekonomi yang berkelanjutan (dari Fed dan pemerintah Amerika), setidaknya selama enam bulan hingga satu tahun, dan itu akan membuat emas tetap didukung,” ungkap Jeffrey Sica yang merupakan pendiri Circle Squared Alternative Investments.

Harga emas telah mengalami lonjakan sebesar 29 persen tahun ini sehingga didukung oleh stimulus besar-besaran dan suku bunga mendekati nol dari bank-bank sentral global.

Selain emas, harga logam lainnya yakni perak untuk pengiriman Desember mengalami kenaikan 20.8 sen atau 0.77 persen menjadi ditutup pada 27.291 dolar AS (Rp405.644) per ons.

Platinum untuk pengiriman Oktober juga mengalami kenaikan sebesar 16.1 dolar AS (Rp239.304) atau 1.74 persen, menjadi ditutup pada 941 dolar AS (Rp13.986.704) per ons.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x