Dilema Film Indonesia di Masa Pandemi, Bisakah Andalkan Platform Streaming Digital?

7 Maret 2021, 17:08 WIB
Produser dan sutradara Mira Lesmana berbicara tentang masa depan industri film di digital. /ANTARA/Teresia May/ed/nz/aa/ANTARA

PR BEKASI - Perjalanan perfilman Indonesia yang sudah dikenal lama di Indonesia tampaknya kini terhambat dengan hadirnya pandemi.

Mulai dari penutupan bioskop hingga keengganan penonton datang kembali ke Bioskop ketika sudah mulai dibuka kembali dengan kapasitas 50 persen, menjadi sebuah dilematis bagi pelaku di industri film Tanah Air.

Seperti dikatakan oleh Ketua Gabungan Pengusaha Bioskop Indonesia (GPBSI), Djonny Syafruddin mengatakan masalah ekonomi dan ketakutan akan Covid-19 membuat produksi perfilman di Indonesia tidak ingin ambil risiko.

Berpindah ke layanan streaming digital menjadi salah satu peluang bertahan juga perlu dilihat lebih jauh. Apakah benar bisa mengganti pemasukan ketika berpindah dari bioskop?

Baca Juga: Prank Polisi Usai Berpura-pura Jadi Mata-mata Korea Utara, Pria Ini Terancam Hukuman Penjara

Baca Juga: Jokowi Tak Boleh Tampak Bodoh, Fahri Hamzah: Seharusnya Juru Bicara Tak Mondar-mandir Masuk TV

Baca Juga: 9 Tips Jelang Persiapan Seleksi Masuk Perguruan Tinggi, Percaya Diri dan Minta Motivasi 

Produser Miles Picture, Mira Lesmana melihat streaming digital yang jadi alternatif bagi rumah produksi saat pandemi ini, untuk tetap membuat film atau serial.

Namun begitu, menurutnya jika dibandingkan dengan bioskop, layanan streaming digital tidak  mampu menutup biaya produksi keluar untuk film besar.

Bayangkan saja, disebutkannya bahwa 90 persen penghasilan berasal dari bioskop.

"Sekarang ada digital platform tapi tidak mencukupi untuk menopang industri kita. Bisa membantu tapi tidak mencukupi, jadi kita butuh sekali bioskop," kata Mira Lesmana, seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara, Minggu, 7 Maret 2021.

Terlebih film dengan ongkos produksi besar, jika mengharapkan streaming digital maka akan kesulitan.

Baca Juga: Terlibat dalam Kisruh Partai Demokrat, Abdillah Toha Nilai Sikap Moeldoko Tak Elok dan Tak Etis 

"Kalau yang besar sekali langsung dibawa ke digital platform, digital platform-nya enggak akan kuat dan kitanya juga jadi tidak tertutup biayanya," kata Mira Lesmana.

Dilema yang terjadi adalah ketika pembuatan film untuk streaming digital dibuat dengan ongkos yang lebih kecil maka efek sampingnya adalah hasil kualitas sebuah film juga ikut terpengaruh.

Sementara perfilman Indonesia saat ini diungkapkannya telah berada di posisi yang diperhitungkan di mata internasional.
 
"Mau tidak mau skalanya mengecil, padahal kita sudah ada di posisi yang berbeda nih, kita jadi mundur kan. Bukannya enggak bisa atau enggak boleh, tapi kita sudah mau melaju nih, menyaingi berbagai pasar," kata Mira Lesmana.

Baca Juga: Terlibat dalam Kisruh Partai Demokrat, Abdillah Toha Nilai Sikap Moeldoko Tak Elok dan Tak Etis 

"Bukannya tidak bisa mengecilkan, tapi kita akan mundur, enggak bisa lagi jadi pesaing di sana. Ini yang kita takutkan kalau tidak ditopang semua yang sudah kita push 4-5 tahun terakhir ini dan itu akan sia-sia dan harus bangun dari 0 lagi," kata Mira Lesana menambahkan.

Sebelum pandemi yaitu pada tahun 2019, keadaan film Indonesia dinilai dapat bersaing dalam perfilman internasional. Hal itu sekali lagi, sulit digarap saat ini jika mengandalkan platform digital.

"Kemarin kan kita punya production value udah tinggi sekali ya, film yang kita buat itu kelasnya sudah menyaingi dunia internasional, menuju ke sana walau belum sebesar Hollywood tapi sudah memperlihatkan kehebatannya," kata Mira Lesmana.

"Kalau ada yang direct ke platform, kita enggak bisa tuh bikin film-film yang besar biayanya," sambung Mira Lesmana.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler