Kritik Kasar Tere Liye Soal Pembajakan Buku Dikecam, Khrisna Pabichara: Dia Hanya Remahan Dunia Perbukuan

- 25 Mei 2021, 19:24 WIB
Salah satu buku karya Tere Liye.
Salah satu buku karya Tere Liye. /Instagram/@tereliyewriter

Merespons kritik warganet tersebut, Khrisna Pabichara menyebut bahwa Tere Liye hanyalah remahan dalam dunia perbukuan.

Karena royalti yang didapat seorang penulis hanyalah 10-12,5 persen dari harga jual buku.
Tidak hanya penulis, buruh-buruh di penerbitan dan percetakan juga hanya mendapatkan hal yang sama.

"Tere Liye, juga penulis lain yang karyanya dibajak adalah korban kebengisan pembajak. Membeli buku bajakan berarti ikut menghabisi penulis, penyunting, desainer, penerbit, pencetak, dan penjual buku," ucap Khrisna, yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com.

Ia pun menyoroti bahasa kasar Tere Liye yang dianggap oleh warganet juga arogan.

Baca Juga: Merasa Kasihan dengan Jokowi, Akademisi: Sudah Pidato Gamblang Tetap Dicuekin 

"Tunggu. Tere Liye, juga beberapa penulis lain, sudah sering mengabarkan, mengimbau, dan memohon pembaca agar tidak membeli buku bajakan," katanya.

"Ada yang bahasanya lembut dan santun, tetapi hasilnya nol besar. Ada yang bahasanya keras, sama saja," sambung Khrisna.

Menurut Khrisna, Tere Liye memilih bersikap keras, dengan menggunakan kata "dungu" dianggapnya sebagai strategi agar seruannya didengar dan diindahkan oleh masyarakat.

Berbagai judul buku karya Tere Lite yang disukai banyak orang di antaranya Negeri Para Bedebah, Nebula, Hafalan salat Delisa, dan Hujan kerap kali disalahgunakan untuk pembajakan buku.***

Halaman:

Editor: M Bayu Pratama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x