Lakoe Kupi, Cerita Rakyat Aceh tentang Ganja

12 Februari 2020, 15:26 WIB
Ganja.* /Pixabay

PIKIRAN RAKYAT - Bak Lakoe adalah sebutan masyarakat Aceh untuk salah satu jenis tanaman yang saat ini tumbuh subur di tanah serambi mekah itu.

Dikutip oleh Pikiranrakyat-bekasi.com dari situs resmi LGN Tanaman yang memiliki cerita hampir di seluruh pelosok bumi dengan kehebatan, kekuatan, kearifan, dan kekhasaitannya untuk lingkungan sekitar.

Adalah ganja, tanaman yang dianggap oleh masyarakat Aceh sebagai Lakoe (suami) dari semua jenis tanaman.

Baca Juga: Meikarta Tegaskan Tudingan Pekerjakan TKA Tiongkok Secara Legal dan yang Meninggal Bukan Karena Virus Corona

Bagi masyarakat Aceh, ganja digunakan sebagai bahan ramuan obat-obatan seperti, obat magh, asam urat, diabetes, obat gosok (kesemutan dan sakit kepala), tali kapal pesiar di masa kesultanan, serta untuk menjaga keharmonisan hubungan seksual dalam bingkai rumah tangga.

Berdasarkan Buku Hikayat Pohon Ganja, masyarakat Cina kuno telah lama mengenal dan memanfaatkan ganja dalam kehidupan sehari-hari sejak zaman batu.

Masyarakat Cina menggunakan ganja untuk bahan tenun pakaian, kertas, dan terapi penyembuhan seperti penyakit rematik, sakit perut, beri-beri hingga malaria.

Baca Juga: Pemerintah Indonesia Enggan Pulangkan WNI eks ISIS

Ada hal yang sangat spesial dari pemanfaatan tanaman ganja bila merujuk pada julukan Bak Lakoe (Suami tanaman).

Bagaimana tidak hal tersebut menjadi spesial, bila kita lihat lebih jelas bahwa sebutan Lakoe atau suami pada manusia adalah mencerminkan sosok laki-laki, pemimpin keluarga, bertanggung jawab, serta membentengi keluarganya dari hal yang tak diinginkan.

Begitulah masayarakat Aceh melihat tanaman ganja, terlepas dari pemanfaatan ganja sebagai obat dan temali. Ganja dalam konteks tanaman adalah ibarat laki-laki yang telah memiliki tanggungjawab untuk dapat menjaga keluarganya (tanaman Lainnya) dari bahaya, seperti ancaman kambing liar, lembu, babi hutan dan sampai binatang kecil lainnya.

Baca Juga: Resmikan Program Kota Masa Depan, Wakil Wali Kota Bandung Beharap Masyarakat Bisa Merasakan Manfaatnya

Bukan hanya itu, sebagai lelaki sejati, Bak lakoe dipercaya dapat menyuburkan tanah sehingga tanaman disekitarnya dapat berkembang dengan baik.

Hal ini dikarenakan Bak Lakoe atau tanaman ganja dapat menyuplai unsur hidrogen dengan maksimal kedalam tanah melalui butiran-butiran kecil yang terdapat pada akarnya dan juga dapat membuat tanah semakin gembur.

Menurut cerita yang berkembang di masyarakat Aceh, ganja dibawa ke Aceh dari India pada akhir abad ke-19. Pada saat yang sama dengan Belanda membuka perkebunan kopi di Dataran Tinggi Gayo.

Baca Juga: Pengurangan Penggunaan Plastik Jadi Prioritas yang Diajukan dalam Musrenbang Tambun Selatan

Mereka memakai ganja sebagai obat alami untuk menghindari serangan hama pohon kopi atau ulat pada tanaman tembakau.

Seiring berjalannya waktu tanaman ganja terus dimanfaatkan sebagai tanaman pelindung untuk tanaman palawija dan tanaman pangan lainnya dari serangan hama.

Inilah yang mengakibatkan sebutan Bak Lakoe popular dari Pantai Barat Selatan sampai seluruh pelosok Aceh.

Baca Juga: WHO dan Sejumlah Negara Khawatir Belum Ditemukan Kasus Virus Corona di Indonesia, Kemenkes Sebut Tidak Ada yang Disembunyikan

Kebijakan yang selama ini tertuang dalam UU Narkotika No. 35 Thn. 2009 sangat bertentangan dengan pemanfaatan ganja di Aceh (kearifan Lokal) sebagai pelindung tanaman lainnya.

Selain itu juga ganja sebagai penyeimbang ekosistem alam serta tanaman yang dapat meningkatkan kesuburan tanah.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Lingkar Ganja Nusantara

Tags

Terkini

Terpopuler