Awas Bahaya Covid-19, Perlukah Melapisi Masker dengan Tisu dan Pakai Esensial Oil? Ini Kata Pakar

18 September 2020, 16:27 WIB
Ilustrasi masker. /Pixabay

PR BEKASI - Penggunaan masker bertujuan untuk melindungi seseorang dari virus termasuk SARS CoV-2 penyebab Covid-19 yang menular melalui droplet atau tetesan pernapasan.

Jenis-jenis masker tertentu, seperti masker kain bisa dengan mudah didapatkan. Dengan harga masker yang terbilang cukup murah adalah masker kain. Tapi sudah cukupkah masker tersebut?

Pakar kesehatan merekomendasikan pemakaian masker kain tiga lapis untuk memberikan perlindungan hingga 90 persen terhadap penularan virus penyebab Covid-19, asalkan pas saat dikenakan, tepat jenis kain dan melepasnya secara tepat.

Baca Juga: MPR RI Apresiasi Sikap Pemerintah dan Ormas Dalam Melindungi Ulama

Perlukah Anda melapisi masker kain dengan tisu?

"Menurut studi ilmiah tidak perlu (pakai tisu). Prof. Wiku (Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19) menyarankan tiga lapis. Dengan kita menutup (pakai masker) dan mengurangi droplet yang keluar, harusnya penularan akan ditekan atau berkurang sampai 85 persen. Sudah banyak data ilmiahnya, bahkan penelitian bilang 90 persen. Sepenting itu memakai masker, asal memakainya benar dan masker yang dipilih benar," ujar Praktisi klinik sekaligus relawan Covid-19, dr. Muhamad Fajri Adda'i, seperti dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari Antara, Jumat, 18 September 2020,

Dari berbagai bahan, katun cult direkomendasikan karena memiliki kerapatan 180 benang per inci dan mampu menyaring partikel-partikel halus.

"Bahan yang bagus katun. Kalau katun bagus katun cult yaitu katun dengan kerapatan 180 benang per inci. Dilihat saja katunnya agak tebal. Selain itu, boleh masker sutra karena ada kemampuan untuk mencegah masuknya partikel-partikel halus. Katun dengan sifon juga bagus," kata Fajri.

Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Joko Widodo Anggap Kasus Penusukan Syekh Ali Jaber Hanya Kriminal Biasa?

Hal ini sesuai dengan temuan studi dalam jurnal ACS Nano belum lama ini. Studi menunjukkan, bahan katun yang paling banyak digunakan untuk masker memiliki performa lebih baik pada kerapatan benang dan dapat membuat perbedaan yang signifikan dalam efisiensi penyaringan.

Dari sisi efisiensi filtrasi atau kemampuan menyaring partikel, masker hibrida (seperti katun-sutra, kapas-sifon, kapas-flanel) yakni lebih dari 80 persen (untuk partikel 300 nm).

Namun, masker yang bagus pun harus diiringi oleh penggunaan yang tepat.
Pemasangan yang tidak tepat dapat menimbulkan celah. Kondisi ini bisa menurunkan efisiensi penyaringan lebih dari 60 persen.

Baca Juga: Ganjar Pranowo: yang Merasa Punya Gula dan Darah Tinggi Jangan Kelayapan!

"Memakainya harus dari hidung sampai dagu. Kalau miring-miring, ya percuma," tutur Fajri.

Lalu bagaimana dengan mengoleskan masker dengan minyak esensial seperti minyak kayu putih?

Fajri mengatakan belum menemukan bukti yang menyatakan pori-pori masker tidak akan berubah jika diberi minyak esensial.

Baca Juga: 19.6 Juta Penduduk Indonesia Masih Kekurangan Gizi, Joko Widodo: Tinggalkan Budaya Membuang Makanan!

"Kalau masker N95 tidak boleh basah, harus diganti. Rusak pori-porinya soalnya," kata dia.

Dari sisi kesehatan, laman Healthline menyebut, kebanyakan minyak esensial dihirup baik karena aromanya atau kemampuannya sebagai efek terapi.

Bukalah botol minyak esensial dan tarik napas dalam-dalam beberapa kali. Tapi jangan biarkan minyak menyentuh kulit Anda.

Baca Juga: Disetujui Negara, Keluarga Korban Terorisme Kini Bisa Ajukan Kompensasi dan Santun Kematian

Namun, ingatlah minyak esensial saat dioleskan ke kulit bisa saja menimbulkan efek samping termasuk alergi, iritasi kulit.

Menurut Mayo Clinic, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui adakah efek minyak ini pada anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui dan bagaimana minyak dapat berinteraksi dengan obat-obatan dan perawatan lain.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler