Waspadai Delirium, Gejala Baru Covid-19 yang Dapat Pengaruhi Kesadaran Anda

- 18 Desember 2020, 08:40 WIB
Ilustrasi kehilangan fokus akibat delirium.
Ilustrasi kehilangan fokus akibat delirium. /Pexels/Andrea Piacquadio/Pexels

Penyebab terjadinya delirium adalah karena pasien mendapat obat-obatan psikotropika atas penyakit tertentu.

Oleh karena itu, ia mengingatkan untuk keluarga agar dapat memberikan informasi seputar riwayat penyakit dan obat yang dikonsumsi pasien kepada petugas medis selama perawatan.

Fajar mengatakan gejala delirium ini, menurutnya terjadi karena multifaktor, bisa karena kurangnya oksigen dalam tubuh atau hipoksia.

Faktor lainnya seperti penyakit sistemik dan inflamasi sistemik, gangguan sistem pembekuan darah yang terlalu aktif, dan infeksi virus COVID-19 yang menyerang saraf.

Baca Juga: Emmanuel Macron Positif Covid-19, Pemimpin Eropa Panik dan Ramai-ramai Lakukan Isolasi Mandiri

Terkait dengan gangguan sistem saraf, Fajar menyebut bahwa gangguan neurologis terjadi pada sekira 42.2 persen pasien COVID-19.

Namun jika lebih dirinci, gangguan neurologis yang dialami pasien adalah nyeri otot (44.8 persen), nyeri kepala (37.7 persen), delirium (31.8 persen), dan dizziness (29.7 persen).

"Secara umum, delirium dialami pada 13-19 persen pasien COVID-19," tuturnya.

Hal lain yang diungkap oleh Fajar yaitu delirium berhubungan dengan kegagalan sistem multi organ, karena itu penyintas dengan gejala berat berisiko beberapa kali lipat mengalami delirium.

Baca Juga: Hanya Bermodal Tebak Kata Sandi, Peretas Ini Klaim Berhasil Kuasai Twitter Donald Trump 

Halaman:

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah