Anggap Covid-19 Hanya Konspirasi, Muhammadiyah: Pertanda Masalah Kesehatan Mental

- 17 Juli 2021, 13:27 WIB
Muhammadiyah mengingatkan kepada masyarakat yang mempercayai konspirasi atau hoaks covid-19 sebagai masalah kesehatan mental.
Muhammadiyah mengingatkan kepada masyarakat yang mempercayai konspirasi atau hoaks covid-19 sebagai masalah kesehatan mental. /Pixabay/DrSTClaire/Pixabay

Paham skeptisisme yang lebih cenderung ke paranoid seperti nalar konspirasi nyatanya bukan masalah negara berkembang saja. Negara maju seperti Belanda, Inggris, dan Amerika memiliki jumlah penganut konspirasi yang tidak sedikit.

Pada konteks pandemi Covid-19, beberapa di antara mereka bahkan sempat menghancurkan menara 5G karena dianggap menyebarkan virus Corona.

Atas alasan itu, Jurnal medis internasional bergengsi The Lancet (2020) merilis hasil penelitian bahwa Covid-19 berasal dari patogen satwa liar.

The Lancet, di sisi lain berusaha mengikis prasangka liar bahwa Covid-19 adalah hasil rekayasa biologis laboratorium China untuk menyerang Amerika dan dunia.

Baca Juga: Netizen Cerita Soal Ayahnya yang Hampir Mati Akibat Percaya Hoaks Covid-19 dr Samuel: Maaf Saja Tidak Cukup 

Percaya Konspirasi Pertanda Tak Siap Terima Kenyataan

Van Prooijen & Jostmann (2013) menyatakan bahwa kepercayaan konspirasi lebih kuat ketika orang mengalami kesusahan sebagai akibat dari perasaan tidak pasti.

Michael A Peters (2020) bahkan menegaskan bahwa dukungan terhadap nalar konspirasi akan subur ketika situasi pemerintahan bersifat korup, otoriter, dan tidak transparan. Tak lupa, kelompok dengan status, pendidikan, dan ekonomi rendah juga dianggap lebih mudah terhasut oleh nalar konspirasi.

Fakta-fakta inilah yang kemudian tidak dipisahkan dalam memandang penyebab suburnya penganut teori konspirasi.

Mengapa Pemikiran Pengagung Konspirasi Layak Diabaikan?

Halaman:

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Muhammadiyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x