Betah di Rumah Lawan Corona, Cara Hindari Stres bagi Ibu dan Anak Saat Bersama

- 17 April 2020, 19:26 WIB
Ibu dan anak.*
Ibu dan anak.* /Pixabay

PIKIRAN RAKYAT - Pandemi virus corona telah mengubah kebiasaan masyarakat di seluruh dunia. Hal tersebut disebabkan selama masa pandemi ini, seluruh warga harus berada di rumah.

Mungkin sebagian orang mulai merasa stres atau mengalami emosi negatif karena tak bisa beraktivitas selain di dalam rumah.

Wujudnya bisa beragam mulai dari marah-marah, kesal, takut, bingung hingga paranoid.

Dilansir Pikiranrakyat-bekasi.com dari Antara, Certified Energy Psyhology Practitioner sekaligus Founder Remedi Indonesia, Ferry Fibriandani menyarankan sejumlah tahapan yang bisa dilakukan selama berada di rumah, yakni hening atau selaras dalam napas.

Baca Juga: Tingginya Permintaan Masyarakat, Pemerintah akan Tambah Kuota Program Kartu Prakerja 

"Hening memberikan peluang untuk membenahi lensa pola pikir kita. Kita memiliki waktu untuk eksplorasi dan memperluas pandangan kita," katanya.

Selain itu, menurut Ferry, hening juga dilakukan untuk melihat ke dalam dan ke luar serta membantu seseorang untuk hadir utuh, di sini, saat ini.

Selama melakukan hening, seseorang harus mengamati peristiwa tidak menyenangkan dan emosi yang menyertai peristiwa itu.

"Lepaskan emosi tidak nyaman dan identifikasi peristiwa dan rasa tidak nyaman yang menyertai," tuturnya.

Baca Juga: Tingginya Permintaan Masyarakat, Pemerintah akan Tambah Kuota Program Kartu Prakerja 

Hadirkan skala emosi 1-10 (1 sangat nyaman, 10 sangat tidak nyaman), kemudian amati.

Tanyakan tiga pertanyaan pada diri sendiri antara lain: Bisakah Anda melepaskannya? Maukah Anda melepaskannya dan Kapan Anda ingin melepaskannya?.

Anda perlu mendengarkan pertanyaan, menjawab jujur pertanyaan tersebut dengan pengaturan napas dan mencoba untuk melepaskan semua emosi tidak nyaman tersebut.

Sebaiknya lakukan berulang kali hingga skala emosi menjadi semakin nyaman. Jangan lupa olah cinta (emosi dan respons positif) dan berikan afirmasi positif serta hikmah yang bisa kita lihat dari situasi itu.

Baca Juga: Sinopsis Sajen, Film Horor Bullying yang Gentayangi Malam Ini 

Untuk para ibu

Ferry mengatakan, mengurus anak, menjadi guru les, menyiapkan snacking yang tiada henti terkadang membuat para ibu merasa overproductive dan overwhelm.

Dia menyarankan para ibu meluangkan waktu untuk diri sendiri.

"Saran saya, tetap luangkan waktu untuk me time. Di kami, Hening menjadi sebuah kekuatan yang penting," kata dia.

Menurut Ferry, saat Anda berhenti sejenak, maka akan lebih mudah meletakkan beban di pundak. Berhenti sejenak juga membantu Anda mengamati "Apa saja yang kita bawa?".

Baca Juga: Update Virus Corona Indonesia 17 April 2020: Berikut Sebaran Pasien Positif di Tanah Air 

Haruskah kita membawa semuanya ke dalam diri kita?
Selain itu, coba menerapkan rutinitas atau kebiasaan baru untuk memberikan struktur waktu bagi semua pihak yang tinggal di rumah.

Misalnya mengatur jam istirahat dan tidur anak-anak, menetapkan ruangan dan area kerja yang tetap untuk membantu anak.

Usahakan mengoptimalkan penggunaan teknologi serta membatasi penggunaannya sesuai dengan rutinitas yang ditetapkan, terbuka kepada tim atau atasan jika ada kendala.

"Reframing (melihat dari sudut pandang berbeda) - di balik kesulitan, ada kemudahan," tutur Ferry.

Baca Juga: Sah, PSBB di Bandung Raya Disetujui 

Untuk anak

Tak hanya orang dewasa, anak-anak juga bisa mengalami stres atau emosi negatif.

Menurut Ferry, anak-anak dapat menanggapi stres dengan cara yang berbeda seperti menjadi lebih menuntut untuk dekat (diurus), merasa cemas, terlihat mulai menarik diri, marah atau gelisah, mengigau, mengompol, mimpi buruk, dan lainnya.

Untuk membantu mereka melenyapkan emosi itu, cobalah membangun suasana positif di rumah bersama keluarga.

Baca Juga: Jelang PSBB, Disdagin Bandung: Stok Kebutuhan Pokok Aman dan Harga Stabil 

Batasi waktu menatap layar, lakukan kegiatan yang membuat diri anak bahagia seperti berolahraga dan sebagainya sehingga menurunkan hormon kortisol dan meningkatkan sistem imun.

Jangan lupa mengonsumsi asupan makanan yang bergizi seimbang.

"Hubungi praktisi di mental health (psikolog, psikiater, atau psikoterapist) untuk pendampingan," saran Ferry.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x