Warga Indonesia Harus Lebih Waspada, Peneliti Buktikan Bahwa Covid-19 Dapat Bunuh Sel-sel Otak

- 11 September 2020, 18:23 WIB
Ilustrasi 'brain injury'.
Ilustrasi 'brain injury'. /Thailand Medical News

PR BEKASI - Penelitian terbaru mengungkapkan bagaimana virus corona dapat menyerang dan membunuh sel-sel otak dengan memperbanyak salinan virus itu sendiri.

Para ilmuwan yang bekerja sama di seluruh dunia telah menunjukkan bahwa virus tersebut merampok sel-sel otak dan menggunakannya untuk mereplikasi diri dalam sebuah penelitian yang diunggah secara online pada Minggu ini.

Dalam prosesnya, infeksi virus tersebut menyedot oksigen dari sel-sel otak lain di dekat sel otak yang terinfeksi yang pada akhirnya membunuh sel tersebut.

Baca Juga: Promosikan Aturan Physical Distancing, Legoland Atur Miniatur Legonya Berjarak 15 Cm

Sejauh ini, efek virus corona pada otak tampaknya tidak membunuh pasien yang terinfeksi Covid-19, tetapi  para peneliti mengatakan bahwa infeksi yang tidak terkendali pada sel otak bisa berisiko kematian.

Dikutip oleh Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Daily Mail, Akiko Iwasaki, ahli imunologi Universitas Yale beserta rekan setimnya menggunakan 'organoid' otak manusia, otak yang ditumbuhkan di dalam laboratorium yang terbuat dari sel induk manusia dan tikus untuk mempelajari invasi virus corona secara langsung.

Dalam organoid, SARS-CoV-2 tidak hanya mengambil alih kontrol sel otak yang diserangnya tetapi juga membuat kerja sel menjadi lebih cepat.

"Keadaan sel yang terinfeksi dapat diketahui karena sel memasuki fase hipermetabolik dan virus akan membajak kerja sel untuk mereplikasi atau memperbanyak jenisnya," ucap Iwasaki.

Baca Juga: 5 Miliarder Indonesia Masuk dalam Orang Terkaya di Dunia 2020 Versi Forbes

"Di saat sel-sel otak yang terinfeksi sibuk untuk memperbanyak salinan virus, virus itu juga meracuni lingkungan di sekitarnya," tambahnya.

Sel-sel di sekitarnya akan masuk ke mode penghancuran atau biasa disebut metabolisme katabolik.

Seperti yang diduga oleh para peneliti yang telah melakukan penelitian tentang Covid-19 dan otak sebelumnya, mereka juga menemukan tanda-tanda kurangnya kadar oksigen di dalam dan sekitar sel-sel otak yang terinfeksi.

Sel otak yang disebut neuron, berkomunikasi satu sama lain menggunakan sinyal listrik (impuls).

Baca Juga: Ogah Tiru Kebijakan Anies Baswedan, Ganjar Pranowo: Kasus Covid-19 Masih Bisa Kami Kendalikan

Dalam otak yang sehat, impuls akan bergerak dengan lancar dan cepat melalui jaringan-jaringan neuron yang luas atau bisa digambarkan seperti jalan raya di perkotaan yang padat oleh kendaraan tetapi tidak macet atau biasa disebut ramai lancar.

Tapi seperti lubang pada jalan raya, sel-sel yang mati akibat infeksi virus tersebut akan mengganggu aliran informasi itu.

Akibatnya, orang dengan cedera otak traumatis atau tahap awal Alzheimer mungkin dapat mengalami 'kabut otak' yaitu kondisi otak kita merasa kebingungan atau disorganisasi, disorientasi, atau perasaan yang tidak teratur. 

Cenderung lambat dalam bereaksi akan suatu hal, kesulitan dalam berpikir.

Baca Juga: Tantangan Inflasi 2021 Lebih Berat, Ketua Banggar DPR RI: Kami Khawatir Upaya Gubernur BI Sia-sia

Infeksi virus corona biasanya tidak bertahan lama untuk sampai menyebabkan kerusakan otak seperti Alzheimer, tetapi jika virus sempat membunuh sel-sel otak, ini dapat menyebabkan delirium atau menghilangkan kesadaran.

Penelitian telah membuktikan bahwa itu terjadi untuk sebagian besar pasien yang menderita Covid-19.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Daily Mail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x