Mendengkur Bukan Hal Lumrah, Tapi Dokter Sebut Dapat Mengakibatkan Kematian? Simak Penjelasannya

- 7 November 2020, 11:37 WIB
Ilustrasi tidur.
Ilustrasi tidur. //Craig Adderley/PEXELS

PR BEKASI - Mendengkur kerap terjadi pada beberapa orang dan dianggap sebagai sesuatu yang biasa saja.

Bagi sebagian masyarakat, mendengkur atau biasa disebut dengan 'ngorok' merupakan hal yang kerap mengganggu orang lain di sekitar, karena suara khas yang dihasilkannya.

Alih-alih dianggap sebagai sesuatu yang lumrah, ngorok justru memiliki potensi serius dalam hal kesehatan seseorang. Lebih jauh lagi bahkan disebut-sebut dapat mengakibatkan kematian.

Baca Juga: Tingkat Penganguran di Jakarta Tertinggi, Anies Baswedan Sebut Karena Dampak Pandemi Covid-19

Agus Dwi Susanto dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia mengungkapkan, kesalahan yang biasa terjadi di masyarakat adalah menganggap mendengkur sebagai tanda tidur nyenyaknya seseorang yang diakibatkan faktor kelelahan dalam beraktivitas. 

Padahal hal tersebut erat kaitannya dengan kondisi saluran pernapasan seseorang.

"Sebenarnya mendengkur adalah gangguan penyempitan saluran napas saat tidur," kata Agus seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari RRI, Sabtu, 7 November 2020.

Baca Juga: Jubur Kremlin Bantah Kabar Vladimir Putin Mundur dari Jabatan Presiden Rusia Karena Sakit

Adanya penyempitan menyebabkan aliran udara yang masuk dalam saluran pernapasan menjadi berkurang, sehingga suplai oksigen yang menyebar keseluruh tubuh dampaknya turut menjadi berkurang.

Lebih jauh, Agus mengatakan mendengkur merupakan mekanisme awal terjadinya obstructive sleep apnea (OSA) yang menyebabkan berhentinya napas lebih dari 10 detik dan terjadi berulang, sehingga ini dapat dikatakan sebagai kondisi berbahaya.

"Hal ini sangat membahayakan karena OSA dapat mengakibatkan kematian mendadak saat tidur," tuturnya.

Baca Juga: Bantah Jenazah Covid-19 di Probolinggo Tanpa Bola Mata, Pihak Rumah Sakit Sebut Hoaks

Tanpa memandang umur, OSA dapat terjadi pada semua usia, namun laki-laki dewasa di usia 40 tahun ke atas merupakan kelompok paling berisiko. Salah satu penyebab utama risiko OSA adalah kegemukan dan obesitas.

Sebab itu, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia menekankan pentingnya menjaga kualitas tidur yang baik serta mengenali gejala gangguan tidur yang terjadi. 

"Tidur yang berkualitas sangat penting bagi seluruh sistem dalam tubuh manusia seperti sistem saraf pusat, sistem pernapasan, sistem kardiovaskular, sistem pencernaan, sistem ekskresi, sistem genitourinaria, sistem endokrin dan sistem muskuloskeletal," katanya.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x