Lakukan Percobaan terhadap Gen Manusia, Kini Tiongkok Tengah Berusaha Ciptakan Tentara Super

8 Desember 2020, 14:59 WIB
Captain Marvel dan Tentara Super Tiongkok /

PR BEKASI - Pejabat tinggi di Amerika Serikat menyatakan klaim yang sangat mengejutkan pada hari Jumat, 4 Desember 2020, lalu.

Ia menuding bahwa Tiongkok telah melakukan percobaan terhadap gen manusia.

Percobaan itu dilakukan kepada pasukan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) dengan harapan menciptakan tentara super dengan meningkatkan kemampuan biologis mereka.

Baca Juga: Muannas Alaidid kepada Fadli Zon: Harusnya Sejak Awal Anda Sarankan HRS Taat Hukum

Seperti dilansir Pikiranrakyat-Bekasi.com dari NBC News, direktur intelijen nasional AS, John Ratcliffe mengungkapkan informasi tersebut melalui artikel Wall Street Journal yang ia kontribusikan melalui op-ed.

"Tidak ada batasan etika untuk mengejar kekuasaan di Beijing," kata Ratcliffe yang juga mantan anggota Kongres Partai Republik dari Texas.

Namun, kantor Ratcliffe atau CIA belum menanggapi pertanyaan dari media mengenai opini yang Ratcliffe lempar ke publik.

Baca Juga: Fadli Zon Yakin Laskar FPI Tak Dibekali Senjata: Saya Sangat Yakin Pendukung HRS Cinta Damai

Opini yang menyatakan Tiongkok kini tengah berusaha menciptakan tentara super layaknya karakter komik, Marvel, Captain America.

Meski kedengarannya tidak masuk akal, klaim ini sebenarnya bukannya tanpa alasan. 

Pada tahun 2019 lalu, dua sarjana Amerika menulis makalah yang meneliti ambisi Tiongkok untuk menerapkan bioteknologi untuk meningkatkan tubuh manusia, yang dikhawatirkan oleh mereka saat itu, juga akan meningkatkan kualitas fisik dari PLA.

Baca Juga: Warganet Komentari Paras Istrinya, Ernest Prakasa: Cari Pasangan Bukan yang Cakep, Tapi yang Cocok

Secara khusus, para peneliti telah mengeksplorasi penelitian Tiongkok dengan menggunakan alat pengeditan gen CRISPR, singkatan dari "kelompok pengulangan palindromik pendek yang saling bertumpang tindih."

CRISPR telah digunakan untuk mengobati penyakit genetik dan memodifikasi tanaman, tetapi para ilmuwan Barat menganggap tidak etis untuk berusaha memanipulasi gen untuk meningkatkan kinerja orang sehat.

"Sementara potensi pemanfaatan CRISPR untuk meningkatkan kemampuan manusia di medan perang yang mungkin bisa meletus di masa depan tetap hanya merupakan kemungkinan hipotetis saat ini," tulis para peneliti, Elsa Kania, seorang ahli bahasa Tiongkok di bagian  teknologi pertahanan, Center for a New American Security, dan Wilson VornDick, konsultan masalah Tiongkok dan mantan perwira Angkatan Laut.

Baca Juga: Juliari Batubara Ambil Jatah Bansos, Alissa Wahid: Dia Pernah Tuding Foto Bansos Gusdurian Palsu

"Namun, ada indikasi bahwa peneliti militer Tiongkok mulai mengeksplorasi potensi tersebut," kata mereka

Selain itu Tiongkok juga telah memikirkan penggunaan dari uji coba tersebut.

"Ilmuwan dan ahli strategi militer Tiongkok secara konsisten menekankan bahwa bioteknologi dapat menjadi 'komando strategis baru dari Revolusi masa depan dalam Urusan Militer,'" kata para sarjana, mengutip artikel tahun 2015 di sebuah surat kabar militer.

Baca Juga: Kasus Penembakan Laskar FPI, Fadli Zon: Ada Apa dengan Aparat Penegak Hukum Kita?

Diketahui seorang jenderal Tiongkok terkemuka, kata mereka, pernah mengatakan pada 2017 bahwa:

"Bioteknologi modern dan integrasinya dengan informasi, nano (teknologi), dan ranah kognitif, dll. Akan memiliki pengaruh revolusioner pada senjata dan peralatan, ruang tempur, bentuk peperangan, dan teori militer."

VornDick mengatakan dalam sebuah wawancara telepon bahwa dia kurang peduli tentang keuntungan yang diberikan percobaan itu dalam medan perang.

Baca Juga: Pilkada Resmi Digelar Besok, Bawaslu Waspadai 9 Provinsi dengan Tingkat Kerawanan Tertinggi

Mengingat konsekuensi yang mungkin akan timbul dan dapat merusak gen manusia.

"Ketika kami mulai bermain-main dengan organisme genetik, mungkin ada konsekuensi yang tidak terduga," katanya.

Sampai berita ini dimuat, belum ada tanggapan dari pemerintah Tiongkok kepada media atas tudingan yang Ratcliffe buat.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: NBC News

Tags

Terkini

Terpopuler