Puluhan Wanita Ditipu, Dijadikan Budak, dan Diperdagangkan ke Suriah Setelah Dijanjikan Bekerja di UEA

30 Januari 2021, 10:34 WIB
Ilustrasi pekerja yang dijual sebagai budak setelah dijanjikan bekerja di UAE. /Pixabay

PR BEKASI - Puluhan wanita hingga gadis berusia 12 tahun, dari Filipina telah ditipu dan secara paksa dijadikan budak setelah dijanjikan menjadi asisten rumah tangga di  Uni Emirat Arab (UAE).

Mereka diperdagangkan ke Suriah alih-alih bekerja di UEA, seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Washington Post, Sabtu 30 Januari 2021.

Sebanyak 35 pekerja wanita telah mengungkapkan cerita mengerikan yang dialami. Mereka dianiaya, dilecehkan secara seksual, dipenjara dan yang paling menyedihkan dijadikan budak di Suriah.

Laporan itu juga mengungkapkan, kini para wanita tersebut mengungsi di kedutaan Filipina di Damaskus.

Baca Juga: PKS Berharap Pilpres Tak Jadi Sarana Perpecahan, Mardani Ali Sera: Karena Itu Turunkan Presidential Threshold!

Selain menceritakan penipuan yang menimpa. Mereka juga mengeluhkan kondisi kerja yang tidak sesuai saat bekerja untuk keluarga kaya di sana.

Mereka juga meminta kedutaan untuk membantu mereka kembali ke tanah air.

Saat diwawancara Washington Post, 17 pekerja perempuan dan anak-anak Filipina mengungkapkan rincian kesedihan tentang pengalaman mereka selama berada di Suriah, beberapa korban tidak diberikan gaji atas pekerjaan yang mereka lakukan.

"Majikan saya menampar saya dan membenturkan kepala saya ke dinding. Saya melarikan diri karena dia tidak memberi saya gaji selama sembilan bulan," kata Flordeliza Arejola salah satu pekerja migran.

Baca Juga: Nasib Rp560 Miliar untuk Ajang Formula E Dipertanyakan, DPRD Jakarta Akan Minta Klarifikasi Anies Baswedan

Lebih lanjut ada beberapa wanita yang mendapatkan kekerasan setelah tinggal di Kedutaan Filipina di Damaskus lebih dari tahunan, mereka menunggu di deportasi.

Para penyintas berbagi cerita yang mengerikan; dari dikunci di kamar mereka, tidak diberi sarapan selama dua minggu, atau ditekan oleh majikan untuk kembali bekerja.

Para korban menyatakan bahwa mereka mengajukan visa turis 30 hari oleh agen perekrutan ke Uni Emirat Arab, mereka tiba di negara teluk tetapi mereka ditahan di tempat tinggal yang sempit dan kotor.

Baca Juga: Nasib Ratusan Jenderal Polri di Era 4.0 Listyo Sigit, IPW: Yang Tidak Komitmen, Tawarkan Pensiun Dini!

Selanjutnya mereka ditawarkan untuk pergi ke daerah konflik Suriah untuk bekerja pada keluarga kaya dan dijanjikan kondisi kehidupan yang lebih baik.

Namun, akhirnya mereka menghadapi situasi yang keras dan terkena kekerasan, pemerkosaan dan ancaman.

Korban berusia 48 tahun lainnya menceritakan dirinya "merasa seperti pelacur" setelah tiba di Suriah 'karena kita semua berbaris, dan seorang pengusaha memilih siapa yang mereka inginkan,'.

Baca Juga: Benarkah Klik Status Berlogo WhatsApp Curi Data Pribadi dan Rekening Bank? Begini Faktanya

Dia mengatakan bahwa orang-orang kaya dan mampu membayar 8,000 dolar hingga 10.000 dolar atau sekitar Rp112 juta (kurs Rp11.000) untuk mengambil seorang wanita pulang.

Cerita yang dibeberkan para penyintas telah memicu kemarahan tentang hak-hak pekerja rumah tangga dan masalah perdagangan manusia di seluruh dunia. Seperti yang diyakini beberapa orang bahwa kedutaan harus menjaga orang-orang mereka di negara tempat mereka bekerja.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Washington Post

Tags

Terkini

Terpopuler