Militer Filipina Tangkap 9 Wanita Termasuk 3 Putri Salah Satu Pemimpin Kelompok Abu Sayyaf

24 Februari 2021, 15:19 WIB
Militer Filipina mendobrak pintu saat melakukan penggeledahan dari rumah di kota Marawi. /REUTERS / Stringer

PR BEKASI - Tentara Filipina menangkap 9 wanita serta 3 putri salah satu pemimpin kelompok Abu Sayyaf, mereka diduga terlibat dalam perencanaan aksi bom bunuh diri.

Militer Filipina mengatakan pada Selasa, 23 Februari 2021 bahwa mereka telah menangkap satu saudara wanita dan tiga orang putri pemimpin Abu Sayyaf.

Selain mengamankan saudara dan putri pemimpin Abu Sayyaf, militer Filipina juga menangkap total sembilan wanita yang dikatakan merencanakan serangan bom bunuh diri.

Letnan Jenderal Corleto Vinluan, yang mengepalai Komando Barat Angkatan Bersenjata Filipina, mengatakan operasi gabungan telah dilakukan oleh pasukan dan polisi di provinsi selatan Sulu dengan surat perintah penggeledahan pada Jumat dini hari, 19 Februari 2021.

Baca Juga: Anang Hermansyah Ungkap Awal Mula Keluarganya Positif Covid-19, Bermula dari Aurel yang Tiba-tiba Sakit

Baca Juga: Sebabkan Meninggal Hanya dalam Hitungan Detik, Berikut 5 Racun Paling Mematikan di Dunia

"Ini menyebabkan penangkapan sembilan wanita calon pelaku bom bunuh diri yang terkait dengan beberapa pemimpin terkenal dan anggota Kelompok Abu Sayyaf," kata Vinluan seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters Rabu, 24 Januari 2021.

Abu Sayyaf, yang berbasis di Sulu, telah melakukan penculikan, serangan bom, dan pembajakan selama puluhan tahun.

Sejak 2014, telah memproklamasikan kesetiaan kepada kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).

Baca Juga: Jangan Anggap Enteng, Peneliti Temukan 4 Gejala Baru Covid-19 yang Harus Diwaspadai

Militer mengatakan dalam sebuah pernyataan, wanita yang ditangkap termasuk seorang saudara wanita dan tiga putri Hatib Hajan Sawadjaan, seorang pemimpin Abu Sayyaf yang meninggal pada Juli tahun lalu dalam baku tembak dengan tentara di Patikul, sebuah kota di Sulu.

Para wanita itu ditangkap dengan bahan pembuat bom termasuk tutup peledakan non-listrik, paku, baterai, telepon genggam, dan sketsa kasar rencana mereka, kata militer.

Pihak berwenang memandang Sawadjaan sebagai dalang serangan bom bunuh diri yang dilakukan oleh pasangan asal Indonesia.

Baca Juga: Anang Hermansyah Ungkap Kondisi Ashanty yang Hampir Tak Tertolong, Dia Bilang Sudah Gak Kuat

Serangan itu terjadi di sebuah gereja di Sulu pada Januari 2019, yang menewaskan lebih dari 20 orang dan melukai lebih dari 100, termasuk warga sipil dan tentara.

Menurut Stanford kelompok Abu Sayyaf (ASG) adalah organisasi separatis Islam di Filipina yang didirikan oleh Abdurajak Abubakar Janjalani pada tahun 1991.

Kelompok ini sangat dipengaruhi oleh Al Qaeda pada tahap awal, ASG dimulai sebagai kelompok ‘sempalan’ dari Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) dan menjadi negara Muslim merdeka di Filipina selatan.

Baca Juga: Ashanty Dikabarkan Meninggal, Anang Terkejut Hingga Keluarga di Jember Telfon Tanyakan Kabar

Pada awal 2000-an, ASG menarik perhatian melalui pemboman berdaya ledak tinggi, pembunuhan, penculikan, dan serangan.

ASG memperbarui kampanyenya untuk mendirikan negara Islam pada Juni 2017, ketika ASG menguasai bagian dari Marawi, sebuah kota di selatan Filipina. Ini dianggap sebagai kelompok militan paling berbahaya di Filipina.

ASG ingin mendirikan negara Islam merdeka untuk minoritas Muslim Filipina, yang dikenal sebagai orang Moro, yang sebagian besar tinggal di wilayah Mindanao Filipina. ***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler