Ambisi China Saingi AS di Bulan, Buat Stasiun Penelitian dan Tinggalkan Astronaut dalam Jangka Waktu Lama

14 Maret 2021, 22:28 WIB
Ilustrasi Astronaut yang mendarat di bulan. /Dok. NASA

PR BEKASI - Ambisi China untuk mengeksplorasi luar angkasa kini dibuktikan dengan wacana untuk menempatkan astronautnya di Bulan dalam waktu yang lama, usai China mendirikan stasiun penelitiannya di bulan terlebih dahulu.

Dalam rencana yang dikabarkan pada hari ini, astronaut tersebut nantinya akan tinggal di Bulan untuk urusan terkait studi ilmiah.

Dengan penempatan astronautnya di Bulan dengan jangka waktu lama disebut-sebut juga sekaligus membuktikan kemampuan China dalam menyaingi astronaut Amerika Serikat (AS) yang hanya tinggal di Bulan tidak sampai satu hari atau hanya puluhan jam selama di Bulan.

Hal itu diungkapkan oleh Kepala Perancang Program Eksplorasi Bulan China, Wu Weiren yang menyatakan bahwa misi China kali ini akan melebihi kemampuan astronaut AS.

Baca Juga: Hati-hati! Kerja Sif Malam Dapat Tingkatkan Risiko Kanker, Simak Penjelasannya

Baca Juga: Cek Fakta: Elon Musk Dikabarkan Meninggal di Usia 49 Tahun Usai Pabrik Tesla Meledak, Ini Faktanya

Baca Juga: Ezra Walian Resmi Berkostum Pangeran Biru, Jadi Kado Buat Bobotoh di Milad Persib Ke-88 Tahun

"Dibandingkan dengan astronot Amerika yang hanya bisa tinggal selama puluhan jam setelah mendarat di bulan, astronaut China akan tinggal di bulan untuk jangka waktu yang lebih lama," kata Wu Weiren seperti seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters, Minggu, 14 Maret 2021.

Seperti diketahui bahwa China saat ini tengah menyiapkan serangkaian misi perjalanan tanpa awak ke bulan hingga mendirikan pangkalan robot untuk melakukan penjelajahan di wilayah bagian kutub selatan Bulan, sebelum menjelang pendaratan berawak nantinya akan diterjunkan ke Bulan.

Pada pekan lalu, China dan Rusia telah menandatangani kerjasama awal untuk mendirikan stasiun penelitian bulan internasional, meski masih belum diungkapkan secara luas hingga kapan kerja sama itu dilaksanakan.

Namun begitu seperti diungkapkan oleh Wu Weiren, jika misi ini berhasil, maka tingkat kesuksesan China dalam teknologi pendaratan berawak semakin meningkat.

"Jika proyek stasiun penelitian bulan berhasil dilaksanakan, China tidak akan jauh dari pencapaian pendaratan berawak," kata Wu Weiren.

Baca Juga: Colek Jokowi dan AHY, Arief Poyuono: Cita-citaku Jadi Presiden RI, Tapi Gak Berani Ambil Alih Partai

Berdasarkan informasi lain, China sendiri dalam beberapa tahun terakhir telah meluncurkan serangkaian misi ke bulan. Termasuk dalam misi tersebut adalah pengambilan batuan di Bulan dengan teknologi tanpa awak yang dilakukan tahun lalu, sekaligus menjadi negara pertama yang melakukannya.

Meski begitu hingga kini, untuk urusan pengalaman, keahlian hingga teknologi, China masih dianggap tertinggal dari Amerika Serikat (AS).

Dalam urusan roket misalnya, hingga kini roket China diakui Wu Weiren belum memiliki kemampuan daya dorong yang cukup untuk mengirimkan astronaut ke Bulan.

Namun begitu, China telah berkomitmen untuk membuat terobosan dalam desain roket di 2021-2025 ini.

Dalam misi China di Bulan selanjutnya, dikatakan Wu Weiren bahwa akan ada pengambilan beberapa sampel bulan yang berada di kutub selatan Bulan.

Termasuk dikatakan oleh Wu Weiren, juga selain merinci soal sumber daya di Kutub selatan, namun juga melakukan pengujian teknologi utama dalam persiapan pembangunan stasiun penelitian di Bulan.

Sementara itu dalam misi ke Bulan, NASA juga dikabarkan dalam waktu dekat akan kembali mengirimkan astronautnya kembali ke Bulan, yaitu direncanakan pada tahun 2024.

Rencana NASA itu menjadi yang terbaru usai pendaratan terakhir di Bulan pada tahun 1972 silam.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler