Pemuda Hong Kong Alami Kelumpuhan Wajah Usai Terima Vaksin Covid-19 asal China

28 Maret 2021, 12:52 WIB
Petugas medis dalam pakaian pelindung melayani orang-orang di pusat pengujian komunitas darurat untuk Covid-19 di Hong Kong pada 30 November 2020. /REUTERS/Tyrone Siu/REUTERS

PR BEKASI – Pemuda Hong Kong yang mengalami efek samping, setelah menerima vaksinasi Covid-19 dari vaksin Sinovac buatan China membagikan keadaannya setelah mengalami kelumpuhan sementara di wajah ke media setempat.

Dalam wawancara kepada South China Morning Post, Wilson Lam menuturkan jika bisa memilih lagi, dia tidak akan menerima vaksin Covid-19.

Penduduk Hong Kong berusia 26 tahun itu terbangun di rumah sakit setelah pingsan tak lama setelah inokulasi pada Rabu, 24 Maret 2021.

Dia terkejut menemukan sebelah wajahnya menjadi lumpuh.

Baca Juga: Salah Satu Keutamaan Memuliakan Malam Nisfu Sya’ban, Allah Akan Ampuni Makhluk-Nya kecuali Orang Musyrik

Baca Juga: Kisruh Partai Demokrat Kian Memanas, Mahfud MD: Pemerintah Tidak Boleh Larang Moeldoko Ikut KLB

Baca Juga: Viral Video Oknum Guru TK Gendong dan Banting Anak Muridnya di Kelas, Warganet: Bisa Trauma Tuh 

“Saya tidak bisa menutup mata kiri saya,” kata Lam seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Asia One pada Minggu, 28 Maret 2021.

“Sementara mulut saya bengkok ke sisi kanan, jadi saya hanya bisa makan dengan gigi di sisi itu. Situasi belum membaik sejauh ini,” sambugnya dengan suara kaku dari ranjang rumah sakit pada hari Jumat, 28 Maret 2021.

Lam mengatakan otoritas kesehatan belum menarik kesimpulan apakah kasusnya terkait dengan suntikan Sinovac-nya atau bukan.

Dia juga menuturkan tidak ada pihak pemerintah yang mendekatinya untuk menindaklanjuti kejadian yang ia alami.

"Saya menganggap diri saya orang yang tidak beruntung," katanya.

Baca Juga: LIVE STREAMING MotoGP Qatar Hari Ini, Francesco Bagnaia Raih Pole Position dan Langsung Pecahkan Rekor 

“Jika saya bisa memilih lagi, saya tidak akan mengambil vaksin. Tapi saya tidak akan menasihati orang lain apakah ia harus mengambilnya atau tidak karena ini adalah pilihan pribadi mereka," sambungnya.

Lam adalah penduduk ke-12 yang diketahui mengalami kelumpuhan wajah sementara, suatu kondisi yang dikenal sebagai Bell's palsy, setelah menerima suntikan.

Penderita lainnya adalah semua pria berusia antara 37 dan 86 tahun, semuanya mengambil suntikan Sinovac kecuali satu, yang menggunakan vaksin lain yang didistribusikan di Hong Kong, BioNTech buatan Jerman.

Pemerintah mencantumkan Bell's palsy sebagai efek samping langka dari suntikan BioNTech saja, sementara ahli medis tidak menemukan hubungan langsung antara 11 kasus tersebut dengan vaksin Sinovac.

Pari Ahli di kota setempat mengatakan akan terus memantau situasi san menyarankan pihak berwenang dan produsen vaksin.

Baca Juga: Ledakan Bom Terjadi di Gereja Katredal Makassar Minggu Pagi, Ditemukan Diduga Potongan Tubuh Pelaku 

Apabila jumlah orang yang divaksinasi dan mengembangkan kondisi tersebut lebih tinggi daripada prevalensi Bell's palsy di antara populasi umum yang belum menerima suntikan.

Lam menerima dosis Sinovac setelah melakukan reservasi online. Dia mengatakan dia tidak memiliki preferensi untuk merek mana dan membuat keputusan berdasarkan seberapa dekat lokasi vaksinasi dengan rumahnya.

Lam mengatakan dia tiba di Tseung Kwan O Sports Center sekitar pukul 14.30 pada hari Rabu dan merasa pusing sekitar 15 menit setelah mendapat suntikan. Dia pingsan saat keluar dari pusat rehabilitasi sekitar pukul 3 sore dan segera dikirim ke rumah sakit dengan bantuan.

Selain kesulitan dengan mulut, ia tidak bisa mengontrol mata kirinya. Pembengkakan awal di daerah sekitarnya sudah turun tapi dia masih belum bisa menutup kelopak mata. Dia masih merasa pusing dan nyeri di dadanya.

Baca Juga: Minta Seserahan Rp5 Miliar pada Ivan Gunawan, Ayu Ting Ting: Kalau Mau Sama Gue Syukur, Gak Juga Sok  

“Saya tidak memiliki penyakit kronis. Saya bermain sepak bola, sering berlari dan menganggap diri saya orang yang sehat,” katanya.

Ia menambahkan satu-satunya penyakit yang dideritanya adalah gatal-gatal ketika dia berusia 15 tahun dan telah sembuh total.

“Akan lebih baik jika pemerintah bisa memberi tahu saya mengapa saya memiliki konsekuensi seperti itu. Ini sangat mempengaruhi mata pencaharian saya dan saya tidak tahu kapan saya bisa pulih," katanya.

Dia mengatakan akan meminta kompensasi dari pemerintah.

Sebelum inkolukasi massal dimulai pada 26 Februari 2021, pemerintah menyisihkan HK $ 1 miliar sekitar 1.8 miliar kurs (Rp1.855) untuk dana ganti rugi guna menawarkan kompensasi kepada siapa pun yang menderita efek samping yang serius.***

 
Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Asia One

Tags

Terkini

Terpopuler