Akhirnya Setujui Gencatan Senjata dengan Israel, Berikut 2 Syarat yang Diajukan Hamas

20 Mei 2021, 17:33 WIB
Hamas, organisasi Islam Palestina dengan sayap militer Izz ad-Din al-Qassam. /Reuters /

PR BEKASI - Kelompok militan Palestina yang menguasai Jalur Gaza, Hamas akhirnya bersedia menandatangani perjanjian gencatan senjata dengan militer Israel. Namun mereka memberikan dua syarat yang harus dipenuhi.

"Kami memberi tahu semua pihak bahwa kami akan menerima gencatan senjata bersama dengan Israel dengan dua syarat," kata Kepala Dewan Hubungan Internasional Hamas, dr. Basem Naim.

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari ABC News, Kamis, 20 Mei 2021, berikut adalah dua syarat yang diajukan Hamas kepada militer Israel.

"Pertama, pasukan Israel harus menghentikan serangan ke kompleks Masjid Al-Aqsa dan menghormati situs tersebut.

Baca Juga: Hamas Moussa Abu Marzouk Berharap Israel-Palestina Segera Capai Gencatan Senjata dalam Satu atau Dua Hari Ini

Kedua, Israel harus menghentikan evakuasi (pengusiran) paksa warga Palestina di lingkungan Sheikh Jarrah. Kondisi ini sesuai dengan hukum internasional, bukan hanya syarat yang diharapkan oleh otoritas Hamas."

Sayangnya, walaupun Hamas telah memberikan dua syarat yang terbilang ringan, Israel tetap tidak tertarik untuk menyetujuinya dan akan tetap menggempur warga Palestina di Gaza.

"Kami akan berhenti saat waktunya tepat dan kami tidak akan memberi Hamas kemenangan yang diinginkannya," kata seorang pejabat Israel.

"Hamas harus kalah sebagai hasil akhir dari (pertempuran) ini," sambungnya.

Baca Juga: Tertawa Masih Ada yang Sebut Hamas Ciptaan Israel, Arief Munandar: Berarti Soekarno Agen Jepang?

Persyaratan yang diberikan Hamas tersebut berarti berakhir di jalan buntu, padahal agresi militer Israel di Tanah Palestina telah memasuki hari yang ke-10.

Hingga saat ini, serangan udara Israel secara besar-besaran telah menewaskan total 213 warga Palestina, termasuk 61 anak-anak dalam sepekan terakhir. Lebih dari 1.400 orang terluka di Gaza sejak 10 Mei 2021.

Sebagai informasi, Hamas yang memperoleh suara mayoritas dalam pemilihan legislatif Palestina 2006, mengambil kendali Jalur Gaza pada 2007 setelah memerangi saingannya dari pasukan Palestina.

Sebelumnya kelompok militan ini mengaku serangan roketnya ke Israel merupakan tanggapan atas bentrokan baru-baru ini, antara pengunjuk rasa Palestina dan polisi Israel di Kota Tua Yerusalem di luar kompleks Masjid Al-Aqsa.

Baca Juga: Petinggi Hamas Disebut Bergelimang Harta Rp36 Triliun dari Perang Gaza, Lili Nur Aulia: Itu Fitnah Israel!

Situs itu merupakan salah satu tempat paling suci dalam Islam. Sementara bentrokan pecah di tengah meningkatnya kemarahan atas potensi penggusuran puluhan warga Palestina.

Ratusan ribu warga Palestina melarikan diri atau terusir dari rumah mereka sejak perang pembentukan Israel pada 1948.

Beberapa pengungsi Palestina kembali membangun kehidupannya di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem timur, tepat di luar Kota Tua.

Wilayah itu berada di bawah pemerintah Yordania pada 1950-an. Namun pada 1967, Israel merebut kota itu dari Yordania, bersama dengan Jalur Gaza dan Tepi Barat.

Baca Juga: Hamas Dituduh Jadi Provokator, Politisi PDIP: Itu Hanya Narasi Buatan Israel

Sekarang, beberapa keluarga Palestina menghadapi kemungkinan penggusuran dari rumah-rumah di tanah mereka yang diklaim pemukim Yahudi hilang dari mereka selama perang 1948.

Hukum Israel mengizinkan warga untuk mengambil kembali tanah tersebut, tetapi tidak mengizinkan warga Palestina untuk melakukan hal yang sama.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: ABC News

Tags

Terkini

Terpopuler