Angka Kelahiran Turun Signifikan, China Akhirnya Izinkan Satu Keluarga Punya Tiga Anak

31 Mei 2021, 19:18 WIB
Pemerintah China akhirnya izinkan satu keluarga untuk punya tiga anak, usai angka kelahiran turun secara signifikan. /Scmp.com/

 

PR BEKASI - China merupakan negara yang sempat membuat kebijakan yakni, satu keluarga hanya boleh mekiliki satu anak.

Selanjutnya, kebijakan tersebut berubah menjadi maksimal dua anak.

Tak hanya itu, kebijakan soal Keluarga Berencana, pemerintah China kembali membuat perubahan.

Dalam kebijakan baru tersebut, China mengizinkan satu keluarga untuk memiliki tiga anak.

Baca Juga: Dianggap Dapat Sebarkan Covid-19 Dari China, Kim Jong Un Perintahkan Tangkap Serta Bunuh Kucing dan Merpati

Diketahui bahwa keputusan itu diambil China usai mendapati angka kelahiran menurun secara signifikan.

Ketika China pertama kali melonggarkan program keluarga berencananya pada tahun 2016 lalu, mereka berharap angka kelahiran bisa digenjot.

Namun, apa yang terjadi malah angka kelahiran menurun, dipicu biaya hidup di China yang meninggi.

Selanjutnya, China berharap agar pelonggaran terbaru bisa memberikan hasil berbeda.

Baca Juga: Anak TK di China Dihukum Makan Kotoran Manusia oleh Gurunya, Ternyata Gara-gara Hal Sepele

"Untuk mengoptimalkan program KB, kami akan mengimplementasikan kebijakan satu pasangan boleh memiliki tiga anak," kata pernyataan pers Pemerintah China, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Senin, 31 Mei 2021.

Hal tersebut disampaikan usai pertemuan politburo Presiden China, Xi Jinping.

Selain itu, pemerintah China juga sebut pelonggaran ini akan diikuti dengan kebijakan-kebijakan tambahan.

Sementara itu, kebijakan tersebut, pada intinya, berfungsi untuk meningkatkan struktur populasi serta memastikan pemerintah secara aktif merespon penuaan penduduk dan daya saing mereka.

Baca Juga: Bendungan Raksasa di China Sebabkan Rotasi Bumi Jadi Melambat, Kok Bisa?

Namun hingga saat ini, seperti apa spesifiknya kebijakan tersebut tidak dijelaskan.

Sejumlah pakar pesimis pelonggaran yang diterapkan bakal membawa perubahan.

Menurut mereka, permasalahan angka kelahiran bukan pada jumlah yang dibatasi, akan tetapi pada biaya hidup yang tinggi, apalagi untuk menghidupi anak.

"Warga harus memikirkan biaya kegiatan ekstrakurikuler, makanan, liburan, dan sebagainya," kata Li Yifei, sosiolog dari NYU Shanghai.

Baca Juga: Benarkah China Donasikan RP213 Triliun untuk Bantu Palestina? Simak Faktanya

"Biaya hidup secara cepat akan naik (begitu ada anak). Menaikkan batas kelahiran anak tidak akan mengubah hal tersebut," ujar Li Yifei, melanjutkan.

Sebagai catatan, China memiliki populasi sebesar 1.39 miliar jiwa per 2020 lalu.

Angka kelahiran rata-rata ternyata menunjukkan bahwa 1.3 anak per satu perempuan di China.

Padahal, pada tahun 2016 silam, kebijakan mengenai maksimal jumlah anak atau keluarga berencana juga telah dilonggarkan.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler