215 Jasad Anak-anak Ditemukan di Sekolah Asrama, Masyarakat Adat Kanada Ajak Lakukan Pencarian Lagi

1 Juni 2021, 08:19 WIB
Foto bekas Sekolah Asrama Indian Kamloops, tempat penemuan jasad 215 anak, beberapa berusia tiga tahun, ditemukan di area tersebut, pada Minggu, 29 Mei 2021. /REUTERS / Dennis Owen

PR BEKASI - Masyarakat adat di Kanada menyerukan untuk melakukan pencarian kuburan massal di lokasi Sekolah Asrama tempat penemuan 215 jasad anak-anak.

Penemuan 215 jasad anak-anak di Sekolah Asrama Kamloops Indian residential School telah mengguncang public Kanada selain karena jumlahnya hal ini juga menggambarkan kelamnya kehidupan anak-anak penduduk asli Kanada saat masa kolonial.

Perdana Menteri Justin Trudeau mengatakan pada hari Senin, 31 Mei 2021, mengatakan bahwa mencari lebih banyak kuburan massal adalah "bagian penting dari menemukan kebenaran" tetapi tidak membuat komitmen khusus.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 1 Juni 2021: Ricky Tiba-tiba Beri Perhatian Lebih kepada Elsa Saat Hamil, Nino Curiga?

Tk'emlúps te Secwépemc First Nation mengumumkan minggu lalu bahwa mereka telah menemukan sisa-sisa 215 anak, beberapa berusia tiga tahun, terkubur di sekolah asrama yang pernah menjadi sekolah terbesar di Kanada.

Antara tahun 1831 dan 1996, sistem sekolah asrama Kanada secara paksa memisahkan anak-anak penduduk asli dari keluarga mereka sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Selasa, 1 Juni 2021.

Membuat mereka sebagai sasaran pelecehan, pemerkosaan, serta kekurangan gizi. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi untuk menyelidiki sistem yang disebut "genosida budaya" pada tahun 2015.

Baca Juga: Ustaz Khalid Basalamah Bantah Larang Nyanyikan Indonesia Raya, Ustaz Ahong: Ini Kemajuan Teman-teman Salafi

Penemuan tersebut telah memicu kemarahan, mendorong pengibaran bendera setengah tiang oleh staf dan orang-orang meletakkan ratusan sepatu kecil di lapangan umum, kantor pemerintahan dan di tangga gereja, mengacu pada peran gereja-gereja Kristen dalam menjalankan sekolah.

Sudah lama ada desas-desus dalam masyarakat adat, yang juga dibahas oleh komisi, tentang anak-anak yang dikuburkan di sekolah-sekolah ini.

Laporan berjudul 'Anak-anak Hilang dan Pemakaman Tanpa Tanda', mengidentifikasi 3.200 anak yang meninggal di sekolah-sekolah asrama, sekitar sepertiga di antaranya tidak disebutkan namanya.

Baca Juga: Dukung Jokowi Tapi Tak Dapat Jabatan Komisaris BUMN, Addie MS: Masalahnya di Mana?

Sejak publikasi laporan itu pada tahun 2015, 900 tambahan telah diidentifikasi.

Orang tua "berbicara tentang anak-anak yang pergi ke sekolah dan tidak pernah kembali," tulis laporan itu.

Sebuah kelompok kerja yang dibentuk oleh komisi tersebut pada tahun 2007 mengusulkan, antara lain, sebuah studi untuk mengidentifikasi kuburan yang tidak bertanda.

Baca Juga: Ikatan Cinta 1 Juni 2021: Elsa Tak Mau Biayai Sakit Mang Dadang, Sang Istri Ancam Temui Andin dan Aldebaran?

Sementara pemerintah Kanada awalnya menolak dana C$1.5 juta sekira Rp16 miliar (kurs Rp11.000) yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan tersebut.

Namun pada akhirnya pemerintah mengumumkan pada 2019 C$33.8 sekira Rp371 juta selama tiga tahun untuk 'Daftar Kematian Siswa Sekolah Asrama Nasional' dan pencatatan online pemakaman sekolah perumahan.

Sekarang ada seruan baru agar Kanada berbuat lebih banyak untuk mengungkap apa yang terjadi.

Baca Juga: Bertepatan Hari Lahir Pancasila, KPK Lantik 1.271 Pegawai Jadi ASN

Dalam pertemuan-pertemuan di seluruh negeri, masyarakat adat bekerja untuk mencari cara bagaimana menyelidiki, kata Ketua Agung Stewart Phillip, Presiden Persatuan Kepala Suku Indian British Columbia.

"Sangat penting bahwa ada program nasional untuk menyelidiki secara menyeluruh semua situs sekolah asrama sehubungan dengan kuburan massal tanpa tanda," katanya.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler