Lapisan Es Kutub Utara Mencair Lebih Cepat, Ahli: Kita Sudah Memulai Awal Ledakan

16 Juni 2021, 13:50 WIB
Para ahli mengatakan saat ini dunia telah melewati titik krisis yang tidak dapat diubah setelah mengetahui bahwa lapisan es di Kutub Utara telah mencair lebih cepat dari sebelumnya. /CGTN

PR BEKASI – Para ahli memperingatkan bahwa pemanasan global mungkin telah melewati titik kritis yang tidak dapat diubah lagi.

Hal tersebut dikatakan para ahli setelah melakukan ekspedisi ke Kutub Utara yang melibatkan 300 ilmuwan dari 20 negara.

Pemimpin ekspedisi tersebut, Markus Rex mengatakan bahwa para peneliti telah menemukan bahwa lapisan es Kutub Utara telah mencair lebih cepat dari sebelumnya.

Baca Juga: Lapisan Es Pecah di Antartika, Hasilkan Gunung Es yang Lebih Luas dari New York 

Hal tersebut dikatakannya saat menyampaikan presentasi laporan ekspedisi tersebut yang dilakukan di Berlin, Jerman, Selasa, 15 Juni 2021.

“Mencairnya lapisan es di Kutub Utara saat musim panas adalah salah satu bencana besar di ladang ranjau ini, salah satu titik kritis yang kami awali ketika kami meyakini bahwa pemanasan global sudah terlalu jauh,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Al Jazeera.

“Dan pada dasarnya orang bisa bertanya apakah kita belum menginjak ranjau ini dan sudah memulai awal ledakan,” tambahnya.

Baca Juga: Bila Seluruh Lapisan Es Kutub Mencair, Waktu di Bumi dalam Sehari Bisa Bertambah Lebih dari 24 Jam 

Ekspedisi senilai 165 juta dolar Amerika atau setara Rp2.3 triliun tersebut kembali ke Jerman pada bulan Oktober setelah 389 hari melintasi Samudra Arktik.

Mereka membawa pulang bukti kehancuran dari Kutub Utara yang tengah sekarat dan peringatan musim panas yang akan mencairkan es di seluruh Kutub Utara hanya dalam beberapa dekade.

Selain itu, mereka juga membawa kembali data sebesar 150 terabyte dan lebih dari 1.000 sampel es.

Data yang dikumpulkan selama ekspedisi termasuk pembacaan di atmosfer, laut, es laut, dan ekosistem.

Baca Juga: Peneliti Klaim Tak Sengaja Temukan Bukti Kehidupan di Bawah Lapisan Es Antartika 

Markus Rex mengatakan para ilmuwan menemukan bahwa lapisan es Kutub Utara telah mencair lebih cepat pada musim semi 2020 daripada sejak awal pencatatan.

Saat ini diketahui lapisan es di Kutub Utara di musim panas hanya setengah lebih sedikit dari beberapa dekade yang lalu.

Ketebalan es hanya setengah dan suhu diukur 10 derajat lebih tinggi daripada selama ekspedisi Fram yang dilakukan oleh penjelajah dan ilmuwan Fridtjof Nansen dan Hjalmar Johansen pada tahun 1890-an.

Karena permukaan es laut yang lebih kecil, lautan mampu menyerap lebih banyak panas di musim panas, yang berarti pembentukan lapisan es di musim gugur lebih lambat dari biasanya.

Baca Juga: Temukan Gunung Api Raksasa di Bawah Lapisan Es Antartika, Peneliti: Letusannya Bisa Hancurkan Separuh Bumi 

Marcus Rex juga mendesak seluruh negara di dunia melakukan tindakan cepat untuk menghentikan pemanasan global yang lebih parah lagi.

“Hanya evaluasi di tahun-tahun mendatang yang dapat menentukan apakah kita masih dapat menyelamatkan es Kutub Utara sepanjang tahun melalui perlindungan iklim yang kuat atau apakah kita telah melewati titik kritis penting ini dalam sistem iklim,” katanya.

Stefanie Arndt, yang merupakan ahli fisika es laut, mengatakan memang menyakitkan mengetahui bahwa kita mungkin adalah generasi terakhir yang dapat mengalami Kutub Utara yang masih memiliki lapisan es laut di musim panas.

Baca Juga: 'Kebakaran Zombie' Terparah Sepanjang Sejarah di Kutub Utara, Ilmuwan: Api Membara di Bawah Tanah 

“Penutup es laut ini secara bertahap menyusut dan merupakan ruang hidup yang penting bagi beruang kutub,” kata Stefanie Arndt, mengingat pengamatan anjing laut dan hewan lain di habitat kutub.

Untuk melakukan penelitian, empat lokasi pengamatan didirikan di atas lapisan es dalam radius hingga 40 kilometer di sekitar kapal misi Polarstern.

Di antara data yang dikumpulkan adalah sampel air dari bawah es untuk mempelajari plankton tanaman dan bakteri dan lebih memahami bagaimana fungsi ekosistem laut dalam kondisi ekstrim.

Baca Juga: Pertama Kalinya, Es di Kutub Utara yang Mencair pada Musim Panas Gagal Membeku Kembali 

Lebih dari 100 parameter diukur hampir terus menerus sepanjang tahun.

Kelimpahan informasi akan dimasukkan ke dalam pengembangan model untuk membantu memprediksi seperti apa gelombang panas, hujan lebat, atau badai dalam 20, 50, atau 100 tahun.***

 
Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler